TUHAN YESUS MEMBERKATI KITA SEMUA

Rabu, 28 Juli 2010

Keluarga Bukan Ajang Smack Down (part 1)

Aku berasal dari suku
Padang. Ayahku
memiliki 4 orang istri
dan ibuku adalah istri
keempat. Aku memiliki
15 orang saudara, dan
aku adalah anak
pertama dari ibuku. Aku
tinggal di Pekan Baru.
Hubunganku dengan
ayah sangat tidak
harmonis. Ayahku
sangat kurang
memperhatikanku,
bahkan ibuku sering
diperlakukan dengan
semena-mena oleh
ayahku. Karena itulah
aku sangat menyayangi
ibuku.
Kepahitan dengan
figur ayah
Karena melihat
perlakuan buruk yang
dilakukan ayah kepada
ibu, aku membuat
keputusan untuk tidak
akan pernah melakukan
poligami karena melihat
betapa tersiksanya
nasib ibuku. Walaupun
perlakuan ayah padaku
tidak terlalu kejam,
mungkin karena dari SD
sampai SMP aku selalu
juara kelas, tetapi
perlakuannya pada
adikku sangat kejam.
Bahkan adikku pernah
dilempar ke dalam parit
karena ayahkku kesal
akan kebodohannya. Hal
itu semakin
membuatku kepahitan
dengan ayah.
Akibat kurangnya
perhatian seorang ayah,
sejak SMP kelas 2 aku
sudah terlibat dalam
pergaulan yang salah,
bahkan aku juga terlibat
narkoba dan suka main
perempuan. Bahkan aku
sering tidak pulang ke
rumah jika malam
minggu. Tapi setiap
berada di rumah, aku
selalu menunjukkan
sifat yang baik supaya
keluargaku tidak curiga.
Ditinggal ayah dan
ibukuku
Ketika aku menginjak
kelas dua SMU, ayahku
meninggal dunia. Saat
itu aku merasa biasa-
biasa saja karena aku
tidak terlalu dekat
dengan ayah. Ketika aku
tamat SMU, aku
melanjutkan kuliah di
Jakarta dan tinggal
bersama saudaraku
yang ada di sana. Tapi
ketika menginjak
semester dua, ibuku
meninggal karena
penyakit darah tinggi.
Saat itulah aku merasa
sangat kehilangan dan
sedih kehilangan ibuku.
Akhirnya hidupku
semakin tidak
terkontrol.
Ketika liburan tingkat
dua, aku dipertemukan
dengan Grace, wanita
yang menyentuh hatiku.
Namun karena gaya
hidupku yang terlalu
bebas, aku dan Grace
melakukan hubungan
intim. Namun hubungan
kami tidak disetujui oleh
orang tua dari pihak
Grace. Aku tidak putus
asa. Aku tetap
berusaha untuk
menjalin hubungan
dengan Grace. Akhirnya
aku membawa Grace
kabur dan berencana
untuk kawin lari dan
menetap di Jakarta.
Tapi beberapa saat
kemudian, kami
didatangi oleh keluarga
kami masing-masing
dan hubungan kami
harus terputus karena
semua pihak
menentang hubungan
kami. Aku dibawa
kembali ke Medan.
Perjumpaan kembali
Setelah sebulan tidak
bertemu, entah
bagaimana, tiba-tiba
Grace muncul di
hadapanku. Saat itu
kami merencanakan
untuk melarikan diri lagi
karena memang kami
sudah tidak dapat
dipisahkan. Akhirnya
kami berhubungan lagi
secara diam-diam. Kami
kembali melakukan
hubungan intim
sehingga akhirnya Grace
hamil. Akhirnya kami
sepakat untuk
melarikan diri dan
berusaha untuk
menjalani kehidupan
kami sendiri.
Rencana hampir
gagal
Sehari sebelum kami
melarikan diri, tiba-tiba
ayah Grace bersama
temannya datang dan
mengobrak-abrik
kamarku.Untung
waktu itu Grace sudah
aku pindahkan ke
kamar lain. Keesokan
harinya, pagi-pagi, kami
diantar temanku ke
terminal dan menuju
Jakarta. Aku dan Grace
sempat bingung
mengapa kepergian
kami kali ini tidak dicari
oleh keluarga Grace.
Setibanya di Medan
kami menikah dengan
cara agama yang
berbeda dengan agama
yang kuanut dan saat
itu Grace sudah hamil 5
bulan. Yang menghadiri
acara pernikahan kami
adalah pihak keluargaku.
Setelah menikah, kami
mengontrak sebuah
rumah. Grace berhenti
kuliah sedangkan aku
tetap melanjutkan
kuliahku. Awal
pernikahan kami
dipenuhi penderitaan.
Keadaan perekonomian
kami memburuk.
Bahkan aku jadi sering
memukuli Grace,
menyiksa dan
menghajarnya. Setiap
kali aku merasa
cemburu, pasti Grace
kuhajar habis-habisan.
Akhirnya Grace merasa
lelah dengan
perlakuanku yang
sangat kasar padanya.
Sakit hati dan sakit
badan sudah menjadi
penderitaannya setiap
waktu. Sampai-sampai
ia sering kali mencoba
untuk bunuh diri.
Tahun 1996 Grace
hampir minum baygon
karena depresi, namun
tidak jadi karena aku
menahannya. Tahun
1997 ia berusaha
menyilet tangannya,
namun gagal juga.
Tahun 1998 ia
menyiapkan gantungan
di jendela. Namun
karena ia masih
memikirkan nasib anak
kami, ia tidak jadi bunuh
diri. Setiap kali habis
bertengkar Sam, anak
kami, selalu menghibur
Grace.
Akhirnya Grace mulai
menyerahkan seluruh
masalahnya kepada
Tuhan. Ia juga banyak
belajar tentang
pemulihan gambar diri.
Grace mulai berdoa
meminta Tuhan
mencabut akar
kepahitan dalam dirinya.
Ia terus memohon
perlindungan dan
kekuatan dari Tuhan
agar dapat tegar
menghadapi segala
kehidupannya.
Sejak saat itu Tuhan
mulai membuka jalan
bagi kehidupanku. Aku
mulai diajak ke gereja
oleh temannya dan
lewat Firman-Firman
yang dibawakan, sedikit
demi sedikit karakterku
yang keras mulai
diubahkan.

--
BLESSING FAMILY CENTRE SURABAYA

0 komentar:

Posting Komentar