Ditengah murkanya
laut dan terjangan
badai ombak yang
hebat, kapal itu karam
dan diombang-
ambingkan di tengah
laut yang buas.
Tubuh-tubuh tak
berdaya dengan
harapan yang pudar
berusaha bergelayut
dengan benda apapun
yang mampu mereka
raih untuk bertahan
hidup.... dan disana
sini mayat-mayat
kaku dingin
mengambang bagai
boneka
rusak...Kepekatan laut
yang dingin, hitam
dan tidak bertepi
semakin memupus
harapan dari beberapa
orang yang masih
bertahan ditengah
keputus-asaan. Rintih
dan teriakan lemah
minta tolong.... dan
gapaian tangan
lemah..... semua sia-
sia... semua tidak
berarti....
Hanya dua orang
lelaki yang bisa
menyelamatkan diri
dan berenang ke
sebuah pulau kecil
yang gersang.
Sebelum musibah
kecelakaan itu kedua
lelaki itu saling
mengenal, dan
mereka sering terlibat
persaingan. Untuk
saling mengungguli
siapa yang terhebat di
antara keduanya.
Persaingan yang
terkadang menjurus
ke arah persaingan
yang tidak sehat. Dan
kini mereka berdua
selamat, terdampar di
pulau gersang yang
tidak berpenghuni,
kecuali mereka
berdua....
Mereka tidak tahu apa
yang harus mereka
perbuat untuk bisa
selamat dan kembali
ke dunia mereka
kembali dan
berkumpul dengan
orang-orang tercinta
di rumah. Hal yang
sama-sama mereka
sepakati adalah
meminta pertolongan
kepada Tuhan, Sang
Pencipta kehidupan
dalam permohonan
doa mereka.Namun
dalam hal berdoa
memohon pada Sang
Pencipta ini, mereka
kembali bersaing.
Untuk mengetahui
doa siapakah yang
paling dikabulkan,
mereka sepakat untuk
membagi pulau kecil
itu menjadi dua
wilayah. Dan mereka
tinggal sendiri-sendiri
berseberangan di sisi-
sisi pulau tersebut.
Doa pertama mereka
panjatkan, mereka
memohon agar
diturunkan makanan.
Esok harinya, lelaki ke
satu melihat sebuah
pohon penuh dengan
buah-buahan tumbuh
di sisi tempat
tinggalnya.
Sedangkan di daerah
tempat tinggal lelaki
yang lainnya tetap
kosong.Seminggu
kemudian, lelaki yang
ke satu merasa
kesepian dan
memutuskan untuk
berdoa agar diberikan
seorang istri.
Keesokan harinya, ada
kapal yang karam dan
satu-satunya
penumpang yang
selamat adalah
seorang wanita yang
berenang dan
terdampar di sisi
tempat lelaki ke satu
itu tinggal. Sedangkan
di sisi tempat tinggal
lelaki ke dua tetap saja
tidak ada apa-apanya.
Segera saja, lelaki ke
satu ini berdoa
memohon rumah,
pakaian, dan
makanan. Keesokan
harinya, seperti
keajaiban saja, semua
yang diminta hadir
untuknya.Sedangkan
lelaki yang ke dua
tetap saja tidak
mendapatkan apa-
apa.
Akhirnya, lelaki ke
satu ini berdoa
meminta kapal agar ia
dan istrinya dapat
meninggalkan pulau
itu. Pagi harinya
mereka menemukan
sebuah kapal
tertambat di sisi
pantainya. Segera saja
lelaki ke satu dan
istrinya naik ke atas
kapal dan siap-siap
untuk berlayar
meninggalkan pulau
itu. Ia pun
memutuskan untuk
meninggalkan lelaki ke
dua yang tinggal di
sisi lain pulau.
Menurutnya,
memang lelaki kedua
itu tidak pantas
menerima berkah
tersebut karena doa-
doanya tak pernah
dikabulkan.
Begitu kapal siap
berangkat, lelaki ke
satu ini mendengar
suara dari langit
menggema,"Hai,
mengapa engkau
meninggalkan
rekanmu yang ada di
sisi lain pulau
ini?""Berkahku
hanyalah milikku
sendiri, karena hanya
doakulah yang
dikabulkan,"
sementara doa lelaki
temanku itu tak
satupun dikabulkan.
Maka, ia tak pantas
mendapatkan apa-
apa." sahut lelaki
kesatu itu dengan
sombong."Kau salah!"
suara itu membentak
membahana.
"Tahukah kau bahwa
rekanmu itu hanya
memiliki satu doa.
Dan, semua doanya
terkabulkan. Bila tidak,
maka kau takkan
mendapatkan apa-
apa.""Katakan
padaku," tanya lelaki
ke satu itu. "Doa
macam apa yang ia
panjatkan sehingga
aku harus merasa
berhutang atas semua
ini padanya?""Ia
berdoa agar semua
doamu dikabulkan!"
sahut suara dari langit
itu.
Saudaraku terkasih,
Kesombongan
macam apakah yang
membuat kita merasa
lebih baik dari yang
lain?
Kekayaan....,
ketampanan....,
kecantikan...., rumah
yang megah...,
makanan yang
lezat...., pakaian yang
indah....?
Sadarilah betapa
banyak orang yang
telah mengorbankan
segala sesuatu pada
diri mereka demi
kenyamanan kita,
demi keberhasilan
kita....?
Anda tahu siapa yang
bekerja keras untuk
sepiring nasi atau
sepotong roti yang
kita makan....? Itu
adalah kerja keras
para petani, yang
mulai pagi buta saat
orang masih terlelap
dalam tidur, mereka
mengayunkan
cangkul menggali
tanah keras untuk
media tumbuhnya
padi atau gandum....,
dan sepanjang hari
mereka mengurusnya
dengan penuh rasa
cinta....menyiram,
memupuk dan
merawatnya dari
ilalang maupun
serangan hama
penyakit... Sehingga
akan sangat berdosa
sekali bila kita
menghambur-
hamburkan makanan
dengan sia-sia,
sementara masih
banyak saudara-
saudara kita yang
berteriak kelaparan....
Anda tahu siapa yang
telah berjasa sehingga
kita bisa mengenakan
pakaian yang pantas ?
Mereka adalah para
petani yang telah
menanam kapas, lalu
para penenun yang
telah bekerja
menenun sehingga
menjadi kain halus
yang nyaman, atau
para buruh pabrik
yang berlelah
sepanjang hari
bekerja dipabrik
pemintal, dan juga
para penjahit yang
dengan keahliannya
membuat pakaian
yang menarik dan
enak untuk di pakai...?
Anda juga tahu siapa
yang telah membantu
sehingga kita bisa
menikmati pekerjaan
yang baik dengan
posisi yang mampu
menghasilkan uang
yang cukup untuk
kehidupan keluarga
kita? Ini semua karena
jasa baik ayah dan ibu
yang setia merawat
kita sejak dari dalam
kandungan, kemudian
menolong kita dengan
kasih sayang dari
seorang bayi yang
hanya mampu
menangis kalau lapar
atau dahaga,
kemudian mereka
menyekolahkan kita
dengan keringat
mereka yang tidak
pernah kering.
Dan juga peran guru
untuk mencerdaskan
kita sangat besar. Bisa
Anda bayangkan
kalau tidak ada
guru...? MUngkin kita
hanyalah manusia-
manusia bodoh tidak
berdaya yang
menggantungkan
hidup pada kebaikan
orang lain...
Dan rumah kita yang
nyaman dan hangat.
ini....? Itu semua
karena kerja keras
para kuli bangunan
yang menyusun satu
persatu bata sehingga
menjadi bangunan
yang kokoh tempat
kita bernaung...
Mungkin kita akan
menjawab, mereka
dibayar untuk
kerjanya.... !!! Ok....,
tapi bayangkan kalau
semua orang punya
uang untuk
membayar jasa,
sementara pekerja
tidak ada, akankah kita
mampu membangun
rumah kita sendiri...?
Sepanjang hidup kita,
kita selalu
membutuhkan peran
orang lain. Bahkan
sampai ajal
menjemput kita.
Peran pendeta... atau
imam pendoa, peran
pengurus peti
jenazah..., pemandi
mayat..., bahkan
sampai penggali
kubur....
Saudaraku,
Tak selayaknya kita
mengabaikan peran
orang lain, sekecil
apapun peran orang
itu.....karena semua
memberi dampak
yang luar biasa
terhadap keberadaan
dan kenyamanan
kita...
Jawab orang itu:
"Kasihilah Tuhan,
Allahmu, dengan
segenap hatimu dan
dengan segenap
jiwamu dan dengan
segenap kekuatanmu
dan dengan segenap
akal budimu, dan
kasihilah sesamamu
manusia seperti
dirimu
sendiri." ( Lukas 10:27)
Janganlah kamu selalu
berkata sombong,
janganlah caci maki
keluar dari mulutmu.
Karena TUHAN itu
Allah yang mahatahu,
dan oleh Dia
perbuatan-perbuatan
diuji. (1 Samuel 2:3)
GOD bless you and
me, now and forever.
Amen.Sumber:
Renungan Harian
Depok, 17 Agustus
2010. 9.31 pm
--
BLESSING FAMILY CENTRE SURABAYA
0 komentar:
Posting Komentar