Keterlibatan Johnyanto dengan ilmu hitam sudah dimulainya sejak dia masih duduk di bangku sekolah dasar.
Memang kebetulan nenek saya dari mama saya adalah seorang dukun. Jadi semenjak kecil saya sudah melihat dan mengenal seluk-beluk tentang praktek perdukunan. Orang-orang dari berbagai daerah sering berkumpul di rumah kami. Mereka datang meminta tolong dan meminta keselamatan atau kekuatan dari nenek saya. Namun banyak juga yang datang dengan kepentingan lainnya.
Semasa kanak-kanak Johnyanto diperkenalkan oleh teman sepermainannya kepada seorang dukun. Kepada dukun inilah Johnyanto mendapatkan pelajaran dasar tentang ilmu hitam.
Mungkin karena pikiran anak-anak, jadi ketika teman saya menawarkan apakah saya mau dikenalkan kepada seorang dukun yang bisa mengajarkan saya kekuatan dan ilmu yang hebat, saya segera menyanggupinya. Namun kedua orangtua saya tidak mengetahuinya karena memang kita para murid dukun tersebut tidak diperbolehkan untuk pamer ilmu kepada orang lain.
Hari lepas hari, tahun demi tahun karena keterikatannya terhadap lmu hitam membuat Johnyanto memutuskan untuk merantau.
Saya putuskan merantau ke Aceh. Di sana saya mendapatkan pekerjaan. Di Aceh juga saya kenal dengan seorang anak pejabat. Dia adalah seorang guru silat. Jadi dialah yang selanjutnya mengajar saya untuk memperdalam ilmu kebathinan dan silat.
Setiap minggu kita harus datang latihan. Satu latihan secara fisik dan satu lagi latihan menggunakan mantera-mantera. Semenjak itu saya menjadi haus untuk semakin dalam mempelajari ilmu hitam. Dimana orang bicarakan ada dukun sakti, saya selalu berusaha menemui dan berguru kepadanya. Saya selalu mencari kemana-mana untuk menambah ilmu juga menambah jimat-jimat untuk keselamatan.
Tidak puas dengan ilmu kebathinan yang dia miliki, Johnyanto pun mulai bertapa di makam-makam yang dianggap keramat.
Pada saat itu kita para penimba ilmu kebathinan sama seperti anak sekolah. Saya ingin menimba ilmu terus-menerus. Namun sebaliknya, semakin saya mendapatkan ilmu baru sepertinya saya merasa semakin kurang dan semakin kurang.
Namun semua ilmu-ilmu itu membuat kehidupan Johnyanto semakin kacau. Selama bertahun-tahun kehidupan Johnyanto tak lepas dari judi dan minuman keras. Hingga suatu hari Johnyanto mebaca sebuah buku tentang Tuhan.
Begitu saya membaca buku tersebut, rasanya seolah-olah buku itulah yang menjadi jawaban atas semua pergumulan saya selama ini. Karena di dalam hati saya selalu bertanya-tanya tentang siapa itu Pengikut Kristus.
Dari buku inilah saya mengetahui kebenaran yang sesungguhnya. Saya putuskan tidak lagi bersandar kepada ilmu atau kekuatan apapun lagi karena saya sudah mengetahui bahwa hanya dengan bersandar kepada Tuhan saja kita mendapatkan perlindungan dan keselamatan.
Sejak saat itu saya benar-benar membuat komitmen untuk meninggalkan semua ilmu hitam, judi dan minuman keras.
Tuhan yang mengasihi. Tuhan yang bijaksana dan Tuhanlah yang mencukupkan segala yang saya butuhkan. Satu hal yang mau saya lakukan untuk Tuhan. Saya mau melayani Tuhan sampai akhir hidup saya.
“Dan berada dalam Dia bukan dengan kebenaranku sendiri karena mentaati hukum Taurat, melainkan dengan kebenaran karena kepercayaan kepada Kristus, yaitu kebenaran yang Allah anugerahkan berdasarkan kepercayaan.” (Filipi 3:9)
(Sumber : Johnyanto Situmorang)
0 komentar:
Posting Komentar