Saudaraku terkasih,
Bila ditanyakan pada kita, apakah kamu mengasihi Tuhan Allah dengan segenap hatimu, dengan segenap jiwamu, dan dengan segenap akal budimu...?
Sebagian dari kita akan menjawab. "Ya.... pasti, saya mengasihi Tuhan Allah dengan segenap hati, jiwa dan akal budi saya."Saudara yang lain akan menjawab, "Lihat saja apa yang saya lakukan hari lepas hari dari kehidupan saya. Mulai saya baru membuka mata saya, saya selalu bersyukur karena Tuhan masih memberi saya nafas kehidupan, sehingga saya dapat bersama keluarga saya bersekutu memuji, menyembah dan bersyukur atas kebaikan Tuhan. Saya membaca Firman Tuhan, kami saling share untuk apa yang kami renungkan".
Sedangkan saudara yang lainnya akan menjawab, "Tentu, saya mengasihi Tuhan Allah. Itulah sebabnya saya rajin beribadah di Gereja, rajin pergi ke Kebaktian Kebangunan Rohani. Saya juga selalu mendengar siaran di radio seperti RPK, dan melihat acara Rohani Kristen di televisi. Saya juga selalu membaca dan merenungkan Firman Tuhan, siang dan malam. Saya hapal luar kepala banyak nast Alkitab. Doa syukur secara pribadi juga selalu saya lakukan, tidak hanya dalam masa-masa pergumulan, tetapi di saat suka cita dan kelimpahan saya alami. Saya sangat mengasihi Tuhan Allah...".
Saudaraku,
Inilah Hukum Pertama dari iman kepercayaan umat yang percaya.Tetapi apakah itu cukup...? Kita melakukannya secara luar biasa tanpa mengindahkan Hukum Kedua, yaitu untuk mengasihi sesama kita manusia seperti terhadap diri sendiri?
Setiap orang di dunia ini pasti mengasihi, mencintai dan menyayangi dirinya sendiri.Kita secara teratur makan, ada yang tiga kali sehari, tetapi ditengah keterbatasannya mungkin hanya mampu makan satu kali sehari, atau malah dua hari sekali.
Kebutuhan akan makanan dan minuman kita lakukan, karena kita mengasihi diri kita. Kita ingin tubuh kita selalu sehat dan kuat, sehingga kita dapat bekerja dan beraktifitas.Bayangkan saja kalau Anda tidak makan, sehari saja, Anda akan merasakan tubuh menjadi lemah dan tidak bertenaga.
Kita juga secara teratur mandi dan membersihkan tubuh kita. Karena dengan mandi, tubuh kita menjadi bersih dan tidak berbau. Bahkan tidak jarang kita memberikan minyak wangi yang mahal pada tubuh kita, hingga kita menjadi segar bersemangat, dan orang-orang yang berada dekat kita menjadi senang, nyaman dan betah.
Kita juga menghormati tubuh kita dengan berpakaian yang bagus, bersih dan wangi. Kita kenakan juga sepatu atau sandal untuk melindungi kaki kita. Begitu banyak kemanjaan yang kita lakukan terhadap tubuh kita, karena kita menyayanginya.Tapi coba kalau kita mengabaikannya. Orang-orang juga enggan mendekat karena bau menusuk yang keluar dari tubuh, mulut dan pakaian kita. Dan akhirnya kita akan ditinggalkan. Bukankah itu tidak menyenangkan...?
Saudaraku terkasih,
Rasa sayang pada diri sendiri ini juga akan nampak bila kita menderita sakit, jangankan sakit yang berat-berat, kena flu saja kita sudah dibuat kalang kabut untuk mencoba menyembuhkannya. Minum vitamin, obat-obatan yang diperoleh dari resep dokter atau yang dibeli di warung depan rumah.Nah... apalagi kalau itu sakit berat, seperti sakit jantung, kanker atau ginjal. Banyak orang mau melakukan apa saja untuk kesembuhannya. Pergi ke dokter spesialis terkenal atau ke alternatif. Mereka tidak perduli berapa banyak uang yang harus dikeluarkan untuk mencari kesembuhan itu. Kalau perlu sampai harus berhutang juga akan dilakukan.
Hanya sayang, karena kasih dan cinta pada diri sendiri yang berlebihan, banyak orang memperlakukan tubuh dan diri mereka secara berlebihan. Kebanyakan makan, sehingga menjadi gendut, malas berolah raga, yang pada akhirnya penyakitlah yang datang.Kita dapat saksikan juga banyak orang yang bingung, uangnya yang berlimpah mau diapakan?, akhirnya mereka memvermak tubuhnya yang dirasa kurang sempurna. Hidung pesek dibuat mancung. Payudara kecil dibikin besar dengan menyuntikkan benda-benda asing didalamnya. Yang gemuk melakukan sedok lemak karena ingin langsing dengan jalan pintas tanpa olah raga. Belum lagi yang rela menyakiti tubuhnya dengan mencacah kulitnya yang indah, dan melukiskan gambar-gambar yang tidak akan hilang seumur hidup mereka.Untuk memanjakan diri dan tubuh, banyak di antara kita rajin ke salon untuk medicure, pedicure, creambath, dan mandi susu atau refleksi.
Saudaraku terkasih,
Lalu bagaimana dengan mengasihi sesama manusia seperti terhadap diri sendiri?Saya yakin, pasti kita akan sepakat menjawab, bahwa Hukum Kedua ini juga telah kita terapkan dalam kehidupan kita.Sejak kita mengenal calon suami atau isteri. Kita selalu mengasihi dan menyayanginya. Kita membuatnya bahagia dengan mencintainya dan memberikannya hadiah yang membuatnya selalu tersenyum manis atau mengatakan bahwa kita adalah kekasih terhebat di dunia ini.
Setelah menikah, kita juga mengasihinya. Membelikannya pakaian yang bagus, perhiasan yang diidamkannya, atau kita juga membuatkan makanan lezat yang disukainya.
Begitu anak-anak sudah hadir dalam kehidupan rumah tangga kita. Kita limpahi anak-anak dengan cinta kasih, perhatian dan perlindungan. Kita rawat dan didik anak-anak menjadi orang-orang yang dibanggakan. Kita sekolahkan ia pada sekolah terbaik yang mampu kita biayai. Anak-anak beranjak dewasa, kita mengantarkannya pada kehidupan keluarga yang harmonis bersama pilihan hatinya.Kemudian hadir cucu-cucu terkasih, tugas kita dalam mengasihi juga tidak berakhir. Terkadang kita menjadi baby sitter untuk cucu-cucu kita, sementara orang tua mereka bekerja di luar rumah.
Saudaraku terkasih,
Adakah semua itu saudara lakukan dengan kesal, terpaksa atau bersungut-sungut...?Saya rasa tidak.....!! Rasa cinta dan kasih sayang yang membuat kita melakukan semua pengorbanan itu dengan suka cita. Kita tidak lagi perduli dengan tubuh renta kita yang seharusnya sudah perlu santai dan menikmati kesenangan setelah perjuangan panjang kita mengasuh dan mengantar anak-anak kita menjadi berhasil dalam hidupnya. Sepanjang hidup kita habiskan untuk mengasihi dan mencintai....
Lisa Fransisca 21 Agustus jam 14:36 Balas
Saudaraku terkasih,
Ini sangat luar biasa...!! Tapi apakah hanya lingkungan keluarga, saudara, sahabat, teman kita saja yang disebut SESAMA KITA..? Saya kira bukan juga..., karena yang dinamakan sesama kita, adalah semua MANUSIA CIPTAAN TUHAN yang masih bernafas.
Dari orang-orang yang diberkati kekayaan berlimpah sampai ke pengemis di pinggir jalan yang terpaksa harus mengais-ngais sampah untuk mencari makanan atau mengumpulkan benda-benda yang bisa dijual untuk membeli makanan.
Apakah kita perduli pada saudara sesama kita yang tidak beruntung tersebut...?
Apakah kita mau berbagi kasih kita kepada mereka, seperti Tuhan Yesus inginkan kita perbuat pada mereka, seperti kita mengasihi dan menyayangi diri sendiri...?
Saudaraku terkasih,
Bersyukurlah kita yang masih bisa makan dengan lauk yang enak, padahal ada sesama kita yang tidak bisa makan karena tidak ada yang dapat dimakan...
Bersyukur juga kita masih mempunyai rumah yang nyaman, yang melindungi kita dari sengatan panas matahari dan kucuran hujan deras, sementara banyak sesama kita yang tidak mempunyai rumah yang pantas untuk didiami. Mereka harus tidur ditrotoar atau emperan toko diwaktu malam dengan berselimutkan embun malam, mengigil kedinginan kalau hujan turun. Atau merebahkan tubuh letih mereka dibawah kardus bekas dengan kaki terjulur keluar. Dan menjelang pagi harus bergegas bangun kalau tidak ingin tubuh kurus mereka ditendang oleh pemilik toko yang merasa risih dengan hadirnya mereka. Bagai sesama manusia itu kotoran menjijikan...
Bersyukur juga kita mempunyai keluarga, saudara, sahabat dan teman yang mengasihi kita, sementara banyak sesama kita yang tidak memiliki siapa-siapa dalam hidupnya, sebatang kara, bagai tersesat ditengah belantara kehidupan, asing dan tidak berdaya...
Saudaraku terkasih,
Mungkin Anda akan berkata, "saya sudah melakukan kebaikan pada sesama. Saya memberikan perpuluhan untuk dikirimkan ke rumah yatim piatu, rumah jompo, karang taruna, orang-orang miskin disekitar saya...".
Saudaraku, saya sangat bersukacita bila ini telah dilakukan. Dan saya percaya, Anda pasti akan merasakan sukacita yang luar biasa karena sudah bisa berbagi dengan sesama, dan itulah yang Tuhan Yesus inginkan kita lakukan dalam kehidupan ini. Sukacita yang tidak akan terbayar dengan nilai uang seberapapun besarnya.
Anda pasti merasakan betapa hidup anda luar biasa berarti, ketika Anda memberi sedikit rezeki yang diberikan Tuhan, dengan membelikannya makanan dan membagikannya kepada sesama kita yang kekurangan makanan. Anda akan terheran-heran, bagaimana mungkin orang dapat merendahkan dirinya dengan menciumi tangan Anda, bahkan mungkin bersujud di kaki Anda, hanya untuk sepotong roti atau sebungkus nasi berlaukkan tempe atau tahu...? Dan tatap mata berkaca-kaca yang melihat Anda, seolah Anda adalah malaikat dari sorga yang dikirimkan Tuhan untuk menolong mereka...?
Saudaraku terkasih,
Saya percaya begitu banyak berkat yang telah Tuhan kucurkan dalam kehidupan Anda dan juga saya. Apakah kita merasa nyaman menghabiskan uang kita untuk membeli makanan mahal, yang nikmat dan lezatnya hanya dapat kita rasakan sewaktu kita mengecapnya saja, dan setelah masuk perut kita, ampas makanan itu tidak jauh berbeda saat keluarnya seperti makanan-makanan sederhana berharga murah lainnya...? Tetap berbau busuk dan menjijikkan..?
Apakah kita tetap merasa nyaman dan damai menikmati semua itu, sementara kita tahu dengan harga semahal itu, kita bisa membeli ratusan nasi bungkus untuk mengenyangkan sesama kita yang kekurangan makanan. Mampukah kita melakukan itu tanpa merasa sulit menelannya, bagai banyak kerikil didalamnya, saat seorang anak jalanan dengan tubuh kurus, baju dekil dan robek, tanpa alas kaki, sedang mengayunkan krecekannya bernyanyi dengan nada sumbang sambil menatap kita dengan tatap mata seolah dialah yang tengah menikmati makanan yang kita santap....?
Saudaraku terkasih,
Saya sangat tersentuh dengan cerita sahabat saya, tentang kebiasaan adiknya yang selalu membawa bungkusan makanan yang lengkap lauk pauknya. Ia selalu memasak cukup banyak makanan untuk keluarganya di saat libur Sabtu atau MInggu, setelah keluarga menikmatinya di rumah, ia dan keluarganya berkeliling ketempat-tempat dimana banyak sesama yang dalam kekurangan, dan membagikan makanan itu.
Saudaraku terkasih,
Kesempatan untuk berbagi kepada sesama dan mengasihi sesama seperti kepada diri sendiri, hanya mungkin kita lakukan selama masih diberi nafas hidup, selama kita masih tinggal di dunia ini. Karena bila semua telah berakhir, nafas itu telah diambil oleh Sang Pencipta, kita tidak akan mampu berbuat apa-apa lagi, karena kita akan kembali lagi ke tanah, menjadi debu. Dan roh kita kembali kepada ALLAH BAPA Sang Pencipta.
Saudaraku,
saya ingat cerita saudara saya dari pihak suami. Dalam adat kebiasaan seorang Batak perantau yang orang tuanya meninggal di rantau. Mereka selalu merindukan, suatu saat tulang belulang orang tua mereka bisa dipindahkan ke tanah leluhur dan dikuburkan di sana sebagai tanda kasih dan penghormatan mereka. Demikianlah yang pernah terjadi pada satu keluarga. Sebagai anak-anak yang telah diberkati dengan harta yang cukup banyak, mereka akan membawa tulang belulang orang tua ke tanah leluhur untuk dimakamkan di sana. Segala upacara adat dan doa dilakukan, tulang belulang di pindahkan ke dalam koper yang mahal dan indah dan diletakkan di dalam mobil untuk menanti dibawa ke tanah leluhur. Begitu acara doa selesai dilakukan di salah satu rumah keluarga, dan rombongan akan konvoi menuju tanah leluhur Kehebohan dan kepanikan yang menyakitkan terjadi, koper mahal indah berisi tulang belulang orang tua tercinta raib dibawa pencuri. Mungkin sang pencuri tergiur dengan koper indah mahal itu, dan menyangka pasti banyak barang berharga di dalamnya. Keluarga berupaya mencari tulang belulang itu, namun tidak juga ditemukan. Entah ditempat mana sang pencuri membuang isi koper itu. Sehingga sampai acara di tanah leluhur dilakukan, tulang belulang orang tua terkasih tetap tidak diketemukan.
Pernah ada juga saudaraku, seorang kaya raya meninggal dan dikuburkan bersama harta bendanya. Beberapa hari kemudian, tempat pemakaman heboh. Ternyata makam orang kaya raya itu di bongkar oleh maling, semua harta benda berharga hilang. Dan yang menyedihkan, sang maling tega menelanjangi mayat tersebut dan membiarkannya tergeletak menyedihkan di pinggir makan, setelah melepas semua pakaian yang dikenakan oleh mayat tersebut.
Bukankah ini menyedihkan sekali....
Namun inilah realita HIDUP, banyak orang tidak terlalu perduli dengan orang yang sudah mati..., karena untuk sesama manusia yang masih hidup saja orang tidak mau perduli...
Saudaraku terkasih,
Mungkin sekarang kita bisa mengerti dan memahami kalau Tuhan Yesus mengatakan "Sebab ketika Aku lapar, kamu tidak memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu tidak memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu tidak memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu tidak memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit dan dalam penjara, kamu tidak melawat Aku. Lalu merekapun akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar, atau haus, atau sebagai orang asing, atau telanjang atau sakit, atau dalam penjara dan kami tidak melayani Engkau? Maka Ia akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku." (Matius 25: 41-45).
Memang terasa aneh juga ya, bagaimana kita bisa mengatakan kita telah memenuhi Hukum Pertama untuk mengasihi Tuhan Allah yang tidak kita lihat secara jasmani, dengan segenap hati, dengan segenap jiwa, dan dengan segenap akal budi. Sementara sesama kita manusia yang nampak begitu jelas dan gamblang saja kita tidak mampu mengasihinya...?
Dan Tuhan Yesus melalui Firman-Nya secara jelas dan gamblang bersabda kepada kita, bahwa kita bisa mengasihinya dengan segenap hati, segenap jiwa dan segenal akal budi kita, hanya jikalau kita mampu mengasihi dan perduli kepada sesama manusia yang kelaparan, terbelenggu dalam kemiskinan, terkungkung dalam penjara, entah itu penjara kebodohan, kerakusan, ketidak-berdayaan, pengaruh dosa yang membelenggu, atau yang tergeletak sakit...., sakit jasmani ataukah sakit rohani...?
Saudaraku,
Mari kita sepakat untuk menggunakan waktu yang dipercayakan Tuhan kepada kita untuk perduli dan mengasihi sesama manusia seperti kita mengasihi diri kita sendiri. Sehingga bila masanya kita dipanggil Tuhan, kita bisa bersukaria karena Tuhan mengatakan, "Aku mengenalmu. Engkau adalah anak-anak yang AKU kasihi. Marilah bersama-KU di Sorga"
Nats Alkitab:
Matius 22: 37-39. Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.
Nats Alkitab:
Matius 22: 37-39. Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.
"LORD JESUS bless you and me, now and forever.
AMEN.
Renungan disampaikan pada Kebaktian Lansia POUK
0 komentar:
Posting Komentar