Tanggal 4 Maret 2008 adalah tanggal yang akan selalu diingat oleh keluarga Herwanto Wibowo, khususnya Enrika. Pada tanggal tersebut, Herwanto, suami yang dicintainya hampir meninggal karena tindakan brutal yang dilakukan oleh seseorang yang tidak dikenal.
"Waktu saya enak-enak belanja, anak buah saya datang, "ci, disuruh pulang" Saya tanya, "kenapa?" dia ngomong, "om kecelakaan". Langsung saya datang ke UGD. Disitu sudah banyak orang, banyak teman-teman. Terus saya lihat Herwanto, ya kaget. Saya menjerit, "Ada apa?" Langsung saya nangis. Terus saya ditarik oleh Satpam, tidak boleh dekat-dekat. Pada waktu itu kondisi Herwanto sudah berdarah-darah. Kedua kupingnya hampir putus seperti digigit tikus," ujar Ernika mengawali kesaksiannya.
Sungguh sebuah kengerian yang tidak pernah Enrika bayangkan. Kepedihan menguasai dirinya.
Sementara itu, melihat kondisi yang semakin parah Herwanto pun dipindahkan ke rumah sakit lain untuk dapat segera menjalani operasi.
"Sebelum keluar aja, dokter udah bilang bahwa rongga matanya tuh pecah. Matanya ini buta sebelah kiri," ujar Enrika. "Pada waktu itu, bapak sudah tidak sadar. Ada memar di sebelah kiri kepalanya. Tengkoraknya pun kelihatan terbuka," ungkap dr.Linda, dokter yang memeriksa Herwanto.
Tanda tanya besar tentang apa yang terjadi pun menghantui pikiran Enrika. Hingga temannya pun membawa seorang saksi yang mengetahui kejadian sebenarnya. Namanya Salimin.
"Saya mendengar suara gaduh di gang tersebut. Pada waktu saya nengok ada satu orang yang sedang terlentang dipukul dengan barbel oleh satu orang lain. Saat pukulan ketiga diarahkan ke wajah korban itu, saya langsung lari berniat untuk memberhentikan. Perkelahian pun terjadi. Barbel yang dipegang pelaku tersebut pun sempat lepas dari genggamannya, tetapi saya kalah. Tidak kehabisan akal, saya pun meninggalkan tempat dan berteriak minta tolong ke orang lain hingga membuat akhirnya pelaku itu pun kabur meninggalkan korban bersimbah darah."
Darah itu sudah terlanjur mengalir, Enrika hanya bisa terdiam memandang suaminya yang terbujur lemas, tak sadarkan diri.
"Saya tidak pernah merasakan suatu kesedihan. Suatu masalah yang besar. Jadi, happy gitu. Suami saya baik, bertanggung jawab, sayang sama anak-anak. Anak-anak juga baik-baik, tidak ada yang macam-macam," cerita Enrika.
Indahnya sebuah keluarga dalam kenangan-kenangan manis telah mereka lalui berasama. Namun, kenangan-kenangan itu terancam lenyap dan tidak akan terulang kembali.
"Pas itu sakit banget. Kakinya suka goyang-goyang merasakan kesakitan." ujar Reta, putri dari pasangan Herwanto-Ernika." Aku rela menggantikan posisi papa di rumah sakit supaya aku aja yang sakit bukan papa," lanjut Reta sambil mencucurkan air mata.
Kematian tak segan-segan memilih korbannya. Hanya kepasrahan dan doa sajalah yang mampu Enrika lakukan.
Disaat Enrika membaca Alkitab, sebuah janji Tuhan Enrika dapatkan bahkan memberinya kekuatan. Firman itu berkata kuat kepadanya bahwa suami yang dicintainya, Herwanto tidak akan meninggal. Janji Firman Tuhan itu pun diterima Ernika dan memberikan kedamaian dalam dirinya sehingga ia pun dapat tidur dengan tenang pada malam itu.
Operasi demi operasi kembali harus dilakukan Herwanto, tetapi apakah kesembuhan menjadi milik Herwanto? Puji Tuhan..Herwanto sembuh walaupun menyisahkan beberapa sisa luka fisik dari peristiwa tersebut.
Pada saat dokter memeriksa kembali mata suaminya, Enrika mengisahkan bahwa ujian demi ujian yang diberikan oleh dokter berhasil dilakukan oleh Herwanto dengan baik. Bahkan sekarang ini kondisi suaminya masih tetap sama dengan kejadian sebelum mengalami kecelakaan, yakni tetap pintar dan memori-memorinya bersama keluarga tetap diingatnya.
Kenangan-kenangan manis di dalam keluarga pun dapat terulang kembali karena kesembuhan dan pemulihan yang Herwanto alami.
"Sekarang, pelan-pelan papa sudah bisa kembali kerja. Sudah bisa bercanda-canda kembali. Sudah seperti semula lah," tutur Reta dengan rona wajah bahagia.
"Pekerjaan pun saya tetap bisa mengerjakan masalah-masalah. Saya bisa memberikan tanggapan, saran atau memberikan koreksi ketika terjadi kesalahan dalam pekerjaan ini," aku Herwanto Wibowo.
Seluruh keluarga mengucap syukur atas pekerjaan Tuhan dalam peristiwa yang di mata manusia sepertinya sungguh mustahil.
"Ini adalah anugerah dari Tuhan Yesus yang menolong saya," ujar Herwanto. "Disini saya melihat bahwa Tuhan Yesus tidak pernah mengecewakan pengharapan yang saya miliki," ujar Enrika menutup kesaksiannya. (Kisah ini ditayangkan 06 September 2010 dalam acara Solusi Life di O'Channel).
Sumber Kesaksian: Enrika--
BLESSING FAMILY CENTRE SURABAYA
0 komentar:
Posting Komentar