Fatsal XI
SEPIT DAN PENADAHNYA
Kel 25:38 Sepitnya dan penadahnya harus dari emas murni.
I. ARTI HURUFIAHNYA
Pada waktu pelita itu menyala, lebih-lebih kalau kurang minyak, maka sebagian dari sumbunya jadi arang. Ini mengurangi cahaya pelita.
Mana-mana yang rusak, yang menjadi arang, itu dipotong/ digunting dengan sepit dan ditadahi dalam penadah.
Dengan pembersihan ini, diharapkan nyala pelita itu dapat pulih terang kembali, bahkan boleh menjadi lebih terang.
SEPIT
Sepit inilah yang membersihkan pelita itu dari pada segala arang-arang yang timbul. Andaikata pelita itu lebih-lebih sumbunya dapat berkata-kata, mungkin ia akan berteriak-teriak kesakitan waktu diguntingi oleh sepit ini. Memang sakit tetapi hasilnya pasti lebih indah.
II. ARTI ROHANI:
SAKIT, TETAPI MAKIN BERSINAR.
Sakit ini untuk melayani pelita! Bukan untuk alat-alat yang lain. Ini untuk orang-orang suci yang sudah bersinar sebagai pelita yang sudah berbuah-buah supaya makin berbuah lebat. Inilah "celaka" untuk orang-orang suci, supaya makin berbuah-buah.
Yohanes 15:2 Setiap ranting padaKu yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, (diguntingi, dirancungi) supaya ia lebih banyak berbuah.
Jadi inilah "celaka" yang datang bukan karena dosa. Justru ini datang kepada orang-orang suci yang sudah bersinar dan berbuah-buah.
Orang-orang yang tidak mengerti mudah terjebak dalam persungutan seperti istri Ayub: sudah maju, sudah berubah, justru makin banyak percobaan. Kita harus belajar menerimanya, sebab ada maksud yang baik dari Tuhan yang mengizinkan celaka ini menghantam kita.
Apa yang terjadi pada anak-anak Ayub itu bukan kebetulan (Mat 10:30; Yer 43:1). Semua diizinkan Allah atau dengan izin Allah, untuk menjadi kebajikan bagi kita, asalkan anak-anak Allah jangan bereaksi salah, tetapi bereaksi dengan betul menurut pimpinan Roh (Rom 8:14,28). Begitu juga yang terjadi pada harta dan anak-anak Ayub, itu diizinkan Tuhan untuk kebajikan mereka semua.
Kita harus menerima perkara-perkara yang jahat dan celaka ini.
Pengkhotbah 7:14 pada hari yang untung yang baik terimalah olehmu akan yang baik, tetapi ingatlah juga akan hari yang jahat, karena keduanya sudah dijodohkan Allah begitu teguh, sehingga satupun tiada dapat diketahui orang dari pada barang yang berlaku atasnya kemudian kelak. (TL)
Seperti membeli sepatu, tidak bisa beli 2 yang kanan atau 2 yang kiri harus 1 pasang kiri dan kanan.
Begitu Tuhan menjodohkan yang baik dan yang jahat bagi kita supaya mendatangkan pengaruh yang terbaik bagi kita.
Jangan bersungut-sungut dalam segala keadaan, termasuk keadaan yang jelek (Ef 5:20).
Tujuan sepit itu ialah supaya pelita ini dapat bersinar makin cemerlang, supaya carang yang diguntingi itu dapat berbuah makin lebat. Jangan kecil hati, terimalah semua ini dengan bersuka.
III. MENGHADAPI SEPIT
Seringkali kita tidak dapat mengerti mengapa perkara-perkara yang jahat/ celaka ini datang kepada kita, seolah-olah tidak ada hubungannya dengan perbuatan kita. Meskipun kita tidak mengerti, jangan bereaksi salah. Jangan "jatuh" dalam percobaan ini.
Sebagai pegangan pada waktu "sepit" (celaka) ini datang, lakukanlah hal-hal sebagai berikut:
1. Memeriksa diri.
Setiap kali ada hal-hal yang jelek datang, perlu memeriksa diri, supaya jangan sampai tanpa seatahu kita, tahu-tahu ada dosa atau perkara-perkara/ rencana-rencana yang melawan Allah.
Orang yang berjalan dalam Roh akan cepat sadar kalau ada dosa; kalau tidak ada dosa, hatinya tetap sejahtera (Ini tidak dapat dipakai sebagai ukuran untuk orang yang tidak berjalan dalam Roh!).
Mazmur 139:23 Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku;
Kalau ada dosa atau hal-hal yang tidak berkenan kepada Tuhan, lekas minta ampun dan bertobat. Mungkin sekali celaka yang datang ini adalah akibat dari dosa tersebut. Dalam hal ini celaka yang datang itu bukan berarti sepit, tetapi ajaran Tuhan karena adanya dosa itu.
Kalau tidak ada dosa, hati kita tidak menyalahkan kita 1Yoh 3:21 maka inilah sepit untuk pelita, yaitu orang-orang suci Tuhan yang sedang bersinar!
2. Allah tahu, jangan kuatir.
Matius 10:30 Dan kamu, rambut kepalamupun terhitung semuanya.
Tidak ada perkara yang terjadi kebetulan kepada kita. Bahkan kalau terjadi apa-apa, itu juga tidak akan melebihi kekuatan kita (1Kor 10:13). Allah tahu dan menguasai segala perkara yang menimpa kita. Hadapi bersama-sama Allah.
Pengertian ini banyak menolong lebih-lebih dalam celaka yang tidak dapat kita mengerti, supaya jangan kita kuatir. Karena Allah tahu dan menguasai semua perkara ini, kita akan tetap terpelihara dan aman, asal kita tetap tinggal di dalam Dia dan bereaksi betul menurut pimpinan Roh sesuai dengan Firman Tuhan.
3. Bersyukur senantiasa.
1Tesalonika 5:18 Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.
Apapun yang terjadi, kita harus belajar bersyukur dan mau menerimanya, sekalipun pahit! Jangan bersungut-sungut! Bersyukur dan terimalah. Bersyukur adalah kunci yang amat penting dalam menghadapi perkara-perkara yang jelek. Sebab pasti ada maksud yang baik dari Tuhan, yang mengizinkan celaka ini menimpa kita (Rom 8:28).
Ayub 2:10 Tetapi jawab Ayub kepadanya: "Engkau berbicara seperti perempuan gila! Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?" Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dengan bibirnya.
4. Siap menunggu pimpinan Roh Kudus
Disepit itu sakit, tetapi jangan bereaksi ngawur, itu dapat merusakkan maksud Allah yang baik.
Tinggal diam dan bersyukur, serta terus siap menunggu pimpinan Roh Kudus. Kalau Roh Kudus memberi pimpinan, kalau hati ada sejahtera dan yakin bahwa Tuhan setuju, baru kita bertindak dengan tepat, sehingga hasil "sepit" ini jadi indah sesuai dengan rencana Allah.
IV. HASIL DARI SEPIT
Memang pada waktu peristiwa itu terjadi, rasanya sangat pahit, lebih-lebih kalau tidak mengerti. Tetapi kalau sudah selesai proses pengguntingan oleh sepit ini, dan kita lulus, maka hasilnya akan manis sunguh-sungguh menakjubkan.
Seorang menanam pohon Anggur dan buahnya kecil-kecil lagi sedikit serta rasanya kurang manis. Akhirnya ia mendapat petunjuk dari temannya bagaimana cara merawat anggur dengan betul. Ada saatnya pohon anggur ini perlu dirancungi, diguntingi daunnya. Orang ini bertanya heran, "apakah kalau daunnya diguntingi semua, pohon ini tidak justru mati?" Temannya menjawab: "tidak, bahkan pohon ini akan makin lebat berbuah!". Sekalipun tidak mengerti orang ini menurut. Hasilnya memang luar biasa. Sekarang pohon anggurnya berbuah lebat dan lebih manis. Ia tidak mengerti, tetapi ia mengalaminya. Tuhanlah yang menciptakan pohon anggur ini. Ia menanamkan sifat-sifat ini dalam pohon anggur untuk mengajar anak-anak Allah supaya belajar menerima "pengguntingan dari Allah dengan sepit" ini, meskipun tidak mengerti, sebab hasilnya akan sangat menguntungkan.
Ayub sudah diguntingi dengan sepit ini.
Apa hasilnya? Ayub lulus dalam ujian ini. Di dalam proses ini ia juga sudah mengalami pengolahan yang mengikis kekuatirannya (Ay 3:25-26). Ayub belajar banyak perkara-perkara besar dari Allah, ia mempunyai pengalaman-pengalaman yang ajaib dengan Allah, juga dalam perkara-perkara jasmani. Akhirnya Ayub diberkati dua kali ganda. Ayub makin terang bersinar dan berbuah-buah bagi kemuliaan Tuhan, bahkan sinarnya makin menjadi berkat bagi kita sampai sekarang.
Ayub 42:10 Lalu Tuhan memulihkan keadaan Ayub, setelah ia meminta doa untuk sahabat-sahabatnya, dan Tuhan memberikan kepada Ayub dua kali lipat dari segala kepunyaannya dahulu.
Yusuf juga kena sepit itu. Sesudah dua puluh tahun lebih, baru Yusuf mengerti hal ini seperti yang dikatakannya di dalam:
Kejadian 45:5 Tetapi sekarang, jangan kamu susah atau marah akan dirimu, sebab telah kamu menjual aku kemari, karena telah disuruh Allah akan daku terdahulu dari pada kamu, hendak memelihara nyawa orang. (TL)
Sekarang Yusuf melihat dan mengerti mengapa Allah "menjepit" dia! Sinarnya menjadi lebih terang. Ia diolah dan disiapkan untuk menjadi berkat dan "juruselamat" bagi segenap turunan Ibrahim yang berada di dalam perjanjian Allah. Sungguh heran, dengan "disepit", Allah mempunyai maksud yang sangat baik dan mulia, supaya makin lebat berbuah dan makin terang bersinar, dan mendapat pahala kekal makin limpah.
V. CARA KERJA SEPIT
Mengapa dengan diguntingi oleh sepit ini justru pelita itu makin bersinar lebih cemerlang?
1. Memperbaiki batin/ hati
Pengkhotbah 7:3 Baiklah dukacita dari pada tertawa, karena muram muka membaiki hati (TL).
Mazmur 119:67 Maka dahulu dari pada aku teraniaya sesatlah aku, tetapi sekarang aku memeliharakan firmanMu (TL).
Dalam kenyataannya, celaka yang datang pada orang suci itu menghasilkan banyak perkara-perkara yang baik. Mengapa?
Sebab orang-orang suci itu ingin selalu memperkenakan Allah; sekalipun dalam penderitaan orang-orang suci tetap bereaksi dengan betul 1Pet 4:12-13, dapat bekerja sama dengan Allah. Sebab itu hasilnya indah.
Seringkali celaka-celaka yang dialaminya memurnikan maksud, meluruskan hati yang mulai mau bengkok oleh segala kelezatan dunia.
Beberapa hamba-hamba Tuhan sesudah menderita sakit berat hampir mati, hidupnya berubah menjadi tulus dan penuh penyerahan sehingga pelayanannya berbuah-buah makin banyak dan indah. Banyak "celaka-celaka" itu sudah membantu perbaikan batin sehingga menjadi indah-indah. Tentu jangan menunggu sakit berat, segera kita sadar ada salah atau hal-hal yang tidak betul di dalam hidup kita, segera kita harus bertobat dan memperbaikinya.
2. Mutu makin meningkat!
Sepit ini cukup pahit, menjadi seperti ujian bagi orang-orang suci yang mengalaminya. Tetapi api percobaan ini makin memurnikan emas-emas ini. Mal 3:3. Sesudah ia tahan uji, dan lulus, ia akan "naik kelas", mutunya makin meningkat dan beroleh perkara-perkara yang manis di tempat/ tingkatan-tingkatan yang lebih tinggi.
Yakub 1:12 Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia.
3. Pengolahan
Mazmur 119:71 Bahwa aku tertindas itu baik bagiku, supaya aku belajar ketetapan-ketetapan-Mu (Firman Tuhan).
Dengan macam-macam kesukaran ini Tuhan mengolah kita supaya dapat dipersiapkan untuk tanggung jawab yang lebih besar dan lebih mulia. Dalam tanggung jawab yang lebih besar kita harus dapat bersinar lebih terang, berbuah-buah lebih lebat, bukan hanya sekedar kebesaran kedudukan dari luar tanpa mutu dan buah-buah yang memadai.
Yusuf mengalami pengolahan yang begitu sakit, tetapi semua ini mempersiapkan dia untuk tanggung jawab yang sangat vital dan besar! Ini sekaligus menjadi latihan, sekolah dan pengolahan yang baik bagi kita. Jangan bersungut-sungut tetapi terimalah dengan sukacita (yak 1:2), sebab mengetahui bahwa sepit ini gunanya untuk membuat kita bersinar, makin terang dan berbuah makin lebat.
Ulangan 32:11 Laksana rajawali menggoyang bangkitkan isi sarangnya (sampai si anak terlempar keluar, lalu) melayang-layang di atas anak-anaknya, mengembangkan sayapnya, menampung seekor, dan mendukungnya di atas kepaknya.
Anak burung nazar itu tidak habis mengerti mengapa induknya membongkar sarangnya yang aman dan nyaman itu, lalu mendorongnya sehingga jatuh dari ketinggian yang mengerikan itu.
Tetapi sesudah ia mahir terbang, barulah ia mengerti kesetiaan induknya, yang sekalipun bertentangan dengan perasaan hatinya, tetap melakukan tugasnya untuk melatih anak-anaknya supaya belajar terbang (hati seorang ibu atau induk burung itu selalu ingin melindungi dan memelihara anak-anaknya, tetapi disini si induk "terpaksa" harus mendorong anaknya jatuh dari ketinggian untuk mengajarnya terbang!)
Mazmur 119:75b dan lagi sebab setiawanlah engkau maka engkau telah menyiksakan daku.
VI. SIAPA YANG DISEPIT?
Yang disepit ialah pelita di dalam Ruangan Suci. Ini gambaran dari orang-orang suci yang sudah bersinar atau berbuah-buah. Justru orang-orang seperti ini "disepit" yaitu ditingkatkan oleh Tuhan supaya makin lebat berbuah.
Semua orang di dalam Alkitab juga disepit oleh Tuhan, supaya makin lebat buah-buahnya dan itu menjadi pahala yang kekal. Mulai dari Adam yang disepit oleh kematian anaknya Habil, begitu pula Nuh, Ibrahim, Ishak, Yakub, Yusuf, Musa, Daud, Daniel, Petrus, Murid-murid lain, Paulus dan ...... Kita!
Kalau orang Kristen yang mengalami celaka itu hidup dalam dosa, celaka itu bukan sepit baginya, tetapi cambuk untuk membawanya kembali kepada pertobatan. Ini lain, meskipun rasa sakitnya hampir sama (Ibr 12:6-8).
Sepit itu untuk orang suci yang tetap hidup dalam kesucian dan bersinar. Sebab itu orang-orang suci yang sudah berbuah-buah, jangan heran kalau sepit itu datang, "celaka" itu datang kepadanya (1Pet 4:12).
Bukan hanya berkat, tetapi juga yang "jahat" itu diizinkan datang kepada kita oleh Allah, tetapi jangan lupa, itu untuk kebajikan kita sendiri. Sebab itu terimalah "sepit" ini dengan bersukacita dan penuh syukur, sekalipun sakit.
Lebih-lebih sekarang kita sudah mengerti mengapa semua ini diizinkan berlaku atas kita, bersyukur dan bersukacitalah!
VII. SEPIT DAN PENADAH DARI EMAS
Tidak boleh dibuat dari logam lain, sekalipun fungsinya "hanya" memotong sumbu yang hangus.
Emas ~ sifat Ilahi
Sepit dan penadah dari emas itu berarti :
1. Allah mengolah kita itu benar-benar dengan sifat-sifat IlahiNya yang mulia. Dengan kasih, kesucian, kemaha-tahuan, kuasa dan seterusnya. Kita tidak perlu kuatir. Tidak akan berlebih-lebih atau ada akses-akses, atau hal-hal negatip yang tidak dapat dikuasai Allah! Kita pasti tetap terpelihara dan menjadi faedah bagi kita.
2. Ukurana atau standard yang dipakai untuk pengolahan adalah emas, yaitu untuk menjadi seperti Kristus. Dalam memperbaiki dan menyempurnakan, dalam menentukan arah kemana kita harus berubah/ tumbuh, dan seterusnya, harus menurut standard emas yaitu ukuran Allah. Ukuran Allah atau sepit Kristus terdapat di dalam Firman Tuhan. Sebab itu kita harus makin tumbuh dalam pengertian Firman Tuhan, sebab Firman Tuhanlah satu-satunya ukuran yang betul bagi kita, bukan pendapat manusia atau pikiran manusia itu sendiri, tetapi Firman Tuhan.
Jangan memakai standard ukuran lain Misalnya:
1. Perkiraan atau perasaan manusia sendiri.
Ada beberapa orang yang sudah tua dan banyak berpengalaman berpikir bahwa kalau datang celaka atau perkara-perkara yang jahat, ia sanggup menghadapinya sebab ia dapat mengira-ngirakan sendiri mana yang baik dan mana yang salah, ini tidak betul (Maz 119:100).
Manusia sudah terjual ke bawah dosa (Rom 7:14), condong pada perkara-perkara dari bawah (Yah 3:19), sebab itu perkiraan dan perasaannya sendiri tidak dapat dipercaya (kecuali sudah ditera oleh Firman Tuhan dan sedang berjalan dalam Roh). Bahkan seringkali pendapat-pendapat manusia yang merasa cakap berpengalaman itu menyesatkan (Kol 2:22-23). Hanya memuaskan hati sendiri, tetapi tidak memuaskan Allah.
Sebab itu orang-orang yag tua dan berpengalaman itu juga harus bertekun belajar dari Firman Tuhan, jangan mengandalkan tua dan pengalamannya, nanti tersesat. (Pengalaman orang-orang suci di dalam terang Firman Allah itu menjadi pelajaran yang baik, sebab sudah diukur dan dicocokkan dengan Firman Tuhan). Andalkan Firman Tuhan, berdasar Firman Tuhan saja!
2. Contoh-contoh dari orang lain.
Ini bukan ukuran kita. Contoh-contoh itu hanya boleh ditiru kalau sesuai dengan Firman Tuhan.
Kalau tidak ada dasarnya dalam Firman Tuhan, apalagi kalau tidak sesuai dengan Firman Tuhan, melawan Firman Tuhan, biarpun ia dipakai dengan heran oleh Tuhan, jangan ditiru. Teladan yang ditiru dari Kristus, yang cocok dengan Firman Tuhan, itu yang boleh dijadikan ukuran.
1 Korintus 11:1 Hendaklah kamu menurut teladaku, seperti akupun menurut teladan Kristus (TL).
Pada dasarnya dalam Alkitab seorang yang dipakai oleh Allah dengan heran, belum tentu semua segi kehidupannya sudah sempurna. Sekalipun ada sedikit kelemahan/ kekurangan-kekurangannya, biasanya Allah masih memakainya (2Tim 2:20. Allah memakai tanah dan kayu juga! Mat 7:22-23).
Kalau bagian yang masih kasar/belum disucikan dari orang itu yang ditiru, justru ini menjadi ukuran yang keliru. Sebab itu sangat perlu kita semua terus menerus mencocokannya dengan Firman Tuhan, terus menerus belajar dari Firman Tuhan dengan tekun seumur hidup. Riwayat hidup yang sesuai dengan Firman Tuhan (Ibr 13:7) boleh ditiru, ukuran kita ialah Firman Tuhan.
3. Kepujian orang.
Kadang-kadang orang yang sukses, yang banyak dipuji-puji orang itu mabuk dengan puji, sehingga mengira semua sudah baik dan sempurna, tidak mau melihat kekurangan-kekurangannya sendiri lagi; padahal di celah-celah sukses tersebut seringkali masih ada beberapa bagian hidupnya yang masih belum cocok dengan Firman Tuhan, yang masih harus diperbaiki dan disempurnakan. Lihat Petrus (Gal 2:11) sekalipun ia adalah pemimpin para rasul, sudah banyak sukses dalam penginjilan dan mujijat-mujijat, tetapi masih ada hal-hal yang salah. Sebab itu kita perlu makin bertambah-tambah dalam pengertian-pengertian Firman Tuhan dan banyak merenungkanNya (Maz 139:23-24).
Kehidupan Daud menjadi begitu indah sebab ia tidak mau dibutakan oleh sukses-suksesnya, tetapi justru mau mematutkan dirinya dengan Firman Tuhan (Maz 119:9). Dan untuk itu ia suka sekali berpikir-pikir dengan Allah tentang Firman Tuhan (Maz 1:1-3). Itulah sebabnya mengapa ia mempunyai sukses-sukses yang indah-indah senantiasa.
Ukuran kita adalah Firman Tuhan.
Blessing Family Centre