Nama saya Evans. Sebelum mengenal Tuhan, hidup saya sangatlah kacau balau. Pada tahun 1999, saya membangun usaha sendiri yakni berbisnis handphone black market. Saat itu, kompetitor belumlah banyak sehingga dalam hitungan bulan saya dapat meraup keuntungan yang saya besar. Hal ini membuat saya menjadi takabur dan menganggap bahwa saya tidak memerlukan Tuhan.
Ketika uang mudah didapat, saya lebih banyak menghabiskannya dengan teman-teman saya. Hampir setiap malam saya melakukannya sehingga tanpa saya sadari istri saya tidak pernah saya perhatikan. Saya sudah mulai lupa dengan wanita yang dulu begitu saya kejar dan agung-agungkan.
Istri pernah komplain dengan perilaku saya, tetapi itu tak pernah saya gubris sehingga yang terjadi kita malahan menjadi sering berantem. Ini berlangsung cukup lama. Hidup bebas menjadi gaya hidup saya ketika itu. Tanpa saya sadari, kehancuran mengintai rumah tangga saya, bahkan bisnis yang selama ini saya banggakan mulai mengalami kebangkrutan.
Satu persatu barang saya lenyap mulai dari mobil sampai barang-barang mewah lainnya. Semua saya jual untuk menutupi hutang-hutang saya karena menjalankan bisnis ini. Kepercayaan diri saya mulai menghilang dan saya pun menganggap diri saya adalah seorang pecundang.
Hidup dalam kemelaratan membuat saya dijauhi oleh banyak teman yang dahulu begitu dekat dengan saya. Perceraian pun tinggal di depan mata. Istri saya sudah mulai stres karena selalu dihubungi oleh para penagih hutang. Disanalah mata saya tersadar bahwa ternyata apa yang saya lakukan berdampak juga kepada wanita yang saya kasihi. Saya juga merasa bersalah karena selama ini sudah menyia-nyiakan istri terbaik yang diberikan Allah kepada saya.
Walau sudah disia-siakan, namun dukungan semangat justru datang dari pendamping hidup saya. Kata-katanya selalu memotivasi saya untuk terus bekerja dan berusaha. Sayangnya, itu tidak mempan. Saya tetap menjadi orang yang keras kepala. Tidak ada satupun kata-kata dari dia yang saya dengar. Hingga tak diduga-duga, seorang rekan Kristiani mengajak saya bergabung disebuah komunitas.
“Sungguh berbeda,” pikir saya melihat sekelompok pria-pria yang cinta Tuhan berkumpul dan mendengarkan Firman Tuhan. Ada satu statement dari hamba Tuhan yang berbicara ketika itu dan mengena ke hati saya. Kata-katanya seperti ini, “Seorang pria adalah pemimpin, pria adalah kepala keluarga. Kalau pria-nya berubah pasti keluarganya dipulihkan Tuhan.” Nah, saya tangkap message itu. Jadi saya yang harus berubah. Bukan istri saya yang harusnya bekerja, tetapi saya yang melakukan itu.
Suatu hari, saya mendengar suara gaib. Saya ingat waktu itu menunjukkan pukul empat pagi. Suara itu menuntun saya membuka Alkitab yang ada di sisi tempat tidur saya. Entah mengapa, tangan saya membuka Mazmur 23 yang berbunyi, ‘Tuhan adalah gembalaku yang baik; aku takkan pernah kekurangan.’ Kata ‘aku tidak akan kekurangan’ inilah yang saya pegang sebagai janji Tuhan untuk hidup saya.
Saya percaya bahwa hidup saya dan istri ada di dalam kelimpahan. Tuhan akan membawa saya menjadi seorang pemimpin. Hati saya bersukacita ketika membaca ayat ini. Saya pun berdoa kepada Tuhan agar dia menggenapi janji-Nya di dalam hidup saya dan benar Dia melakukannya. Lewat sebuah peristiwa yang unik, saya pun akhirnya mengambil keputusan untuk merintis usaha baru, yakni berjualan bakmi.
6 bulan pertama adalah bulan-bulan terberat dalam saya menjalani usaha ini. Omelan, bentakkan menjadi makanan saya ketika itu. Namun, karena saya sudah bertekad untuk menjalani sesuatu yang baru maka saya tidak terlalu mengambilnya dalam hati.
Ketekunan akhirnya berbuah hasil manis. Bisnis rumah makan yang saya dirikan dan kelola bersama istri tak pernah sepi pengunjung. Bahkan saat ini, oleh anugerah Tuhan saya juga sukses menjalani bisnis furnitur. Sungguh Tuhan memberkati saya dengan luar biasa. Hubungan saya dengan istri semakin harmonis; komunikasi yang dulu jarang saya lakukan kini semakin banyak. Sukacita dan damai sejahtera menjadi milik saya sekarang ini.
Saya berpesan kepada teman-teman yang menjalani bisnis seperti saya bahwa ketika Tuhan ada di dalam usaha kita, itu pasti dahsyat. Dia pasti bekerja disana ketika kita memberikan ruang untuk kepada-Nya untuk berkarya dalam kehidupan kita. Jadi, jangan heran akan banyak orang-orang dunia bertanya kepada kita mengenai kesuksesan yang kita raih. Jawablah dengan berani bahwa Yesus lah yang membuat segala sesuatunya berhasil seperti ini.
(Kisah ini ditayangkan 12 April 2010 dalam acara Solusi Life di O'Channel).
Sumber Kesaksian:
Evans
Apakah Anda diberkati oleh artikel di atas? Anda ingin mengalaminya? Ikuti doa di bawah ini :
Tuhan Yesus, aku menyadari bahwa aku seorang berdosa yang tidak bisa menyelamatkan diriku sendiri. Aku membutuhkan Engkau. Aku mengakui bahwa aku telah berdosa terhadap Engkau. Saat ini aku minta agar darah-Mu menghapuskan segala kesalahanku. Hari ini aku mengundang Engkau, Tuhan Yesus, mari masuk ke dalam hatiku. Aku menerima Engkau sebagai Tuhan dan Juru Selamat satu-satunya dalam hidupku. Aku percaya bahwa Engkau Yesus adalah Tuhan yang telah mati dan bangkit untuk menyelamatkan dan memulihkanku. Terima kasih Tuhan, di dalam nama Tuhan Yesus Kristus aku berdoa. Amin!
0 komentar:
Posting Komentar