Pengampunan itu adalah
sesuatu hal yang sangat
sulit untuk dilakukan. Dan
hanya kasih dari Tuhan
Yesus sajalah, yang
memampukan seseorang
untuk mengampuni. Hal ini
dibutktikan oleh Juliati dan
anak-anaknya, yaitu Darwis,
Lukas dan Ivena dengan
mengampuni pembunuh yang
telah membunuh ayahnya.
Almarhum Asin adalah
seorang yang sangat
disayangi oleh keluarganya,
karena ia sangat baik
kepada istri dan anak-
anaknya. Ia sering bermain
Playstation bersama anak-
anaknya, dan sering
memancing dengan
keluarganya. Lukas sempat
membanding-bandingkan
dengan orang tua teman-
temannya dan ia merasa
bahwa ayahnya adalah
sosok ayah yang benar-
benar baik dibandingkan
orang tua yang lainnya.
Pada hari Sabtu itu, saat
Asin sekeluarga hendak
makan malam keluar, Asin
merasakan sebuah firasat
tidak enak dan menceritakan
hal itu kepada istrinya.
"Saat siang sebelum makan
malam, suami saya berkata
bahwa ia memiliki firasat
buruk, tapi ia tidak tahu
firasat apa, oleh karena itu
saya tidak menghiraukannya.
Ketika kami akan pergi
makan malam saya, anak-
anak saya dan teman darwis
menunggu suami saya di luar
rumah. Namun kami
bertanya-tanya, mengapa
lama sekali keluar dari
rumah. Pada saat itu kami
pikir, suami saya sedang
mengangkat telepon. Lalu
kami masuk kedalam rumah
dan melihat kalau ternya
suami saya telah tergeletak
dilantai dan telah bercucuran
darah." Tutur Juliati.
Darah sudah menggenangi
lantai, dan Asin sudah tidak
bergerak lagi. Dengan
pertolongan tetangga,
Darwis dan beberapa
temannya membawa
almarhum Asin ke rumah
sakit dengan menggunakan
bajaj. Namun ditengah
perjalanan untuk
menyelamatkan nyawa
ayahnya, tiba-tiba bajaj itu
mogok.
"Akhirnya mau ngga mau,
papa harus dikeluarin dari
bajaj. Taruh di jalanan, saya
yang pegangin. Teman saya
berdua memanggil
kendaraan, memanggil bajaj
atau taksi." Malangnya tak
ada satupun kendaraan
yang mau berhenti saat itu.
"Akhirnya harus pasang
badan, baru ada taksi yang
mau berhenti."
Sang ibu akhirnya tiba di
rumah sakit diantar teman-
temannya dan langsung
melihat kondisi suaminya.
Saat itu dokter yang
menangani Asin memberi
penjelasan kepada Yuliati,
"Bu, ini bukan karena
terjatuh, ini suatu
pembunuhan. Dan ibu sudah
terlambat datangnya, orang
ini sudah habis darahnya
semua." Mendengar hal itu,
Juliati terdiam tak dapat
bicara apapun.
Asin meninggal dunia akibat
20 luka tusukan, dan
kehabisan darah. Mengetahui
sang ayah sudah meninggal
dunia Darwis mengalami
kekecewaan yang luar biasa
pada Tuhan.
"Saya marah, saya pukul-
pukul lantai, saya duduk di
lantai, saya teriak-teriak.
Saya bilang, Tuhan jahat!
Tuhan jahat! Tuhan pasti
ngga ada!"Darwis berteriak
histeris. "Saya bilang sama
mama saya, saya ngga
percaya lagi sama Tuhan
Yesus! Kalau Tuhan Yesus
ada, Dia harusnya sanggup
jaga keluarga saya."
Ibunya tidak bisa berkata
banyak kepada Darwis,
"Wis, ngga boleh gitu." Lalu
ibu Juliati langsung pulang
dan kembali ketoko lalu
menggembok toko tersebut.
"Saya pikir pembunuhnya
masih ada di dalam toko
saya. Oleh karena itu saya
pulang ke toko dan
menggembok pintu toko
tersebut." Ujar Yuliati.
Setelah polisi bekerja selama
berjam-jam melakukan
penelusuran mencari
pembunuh tersebut di toko
Yuliati, akhirnya pembunuh
itu tertangkap sedang
bersembunyi diantara
tumpukan drum.
Dari rumah duka, sang ayah
dipindahkan ke rumah duka.
Sekeluarga masih berharap
bahwa sang ayah akan
bangkit dari kematian. "Saya merasa kesal
terhadap Tuhan, namun
saya masih berharap
kepadaNya karena masih
ada beberapa hari sebelum
penutupan peti. Dan saya
pada hari pertama berkata,
dalam nama Yesus
bangkitlah, dalam nama
Yesus bangkitlah, namun
ayah tidak bangkit. Dan
akhirnya tiba hari dimana
akan penutupan peti, lalu
saya berkata, Tuhan, kalau
Engkau mau membangkitkan
ayahku, bangkitkanlah
sekarang! Bangkitkan
sebelum peti itu ditutup.
Namun setelah petinya
ditutup, dikunci dan dibor,
ayah saya ternyata tidak
bangun-bangun lagi." Ujar
Darwis.
Hingga akhirnya sang ayah
diturunkan ke liang kubur.
"Dalam hati, saya hancur
sekali. Secara jiwa, saya ini
sudah pengen gila," ungkap
ibu Juliati .
"Saya juga sudah putus
harapan, mama nangis, adik
saya nangis, sekeluarga
nangis, ngga bisa ngomong
lagi, semuanya cuma bisa
nangis."
Blessing Family Centre Surabaya
0 komentar:
Posting Komentar