Darwis dan Lukas sangat
terluka dengan kematian
ayahnya yang dibunuh
dengan begitu kejam. Hal itu
membut dendam membara
dalam hati mereka, dan
mereka ingin sekali
membunuh orang yang telah
membunuh ayahnya tersebut.
Lalu pada saat itu ada 2
orang misteris datang dan
mereka marah-marah
terhadap pembunuhnya
tersebut. Lalu Darwis merasa
bahwa orang ini bagus juga
untuk membantuin pembalas
dendaman kami. Kata orang
asing itu, hanya dengan
beberapa juta saja sudah
dapat membunuh pembunuh
ayahnya tersebut. "Bayar 10
juta potong kaki, 20 juta
potong tangan, bayar
beberapa saya dapat
membunuh orang ini" kata
orang misterius.
"Saya pengen siksa dia.
Saya pengen dia mati,"
kenang Darwis tentang saat
itu.
Lukas menambahkan, "Kalau
waktu itu saya yang
ditawarin, saya pasti
langsung bilang iya." Namun
sang ibu tidak setuju dan
akhirnya mereka menolak
batuan dari orang asing itu.
Hal itu ibu Juliati lakukan
karena mengetahui
kebenaran bahwa
pembalasan itu merupakan
haknya Tuhan.
Keluarga Juliati sulit untuk
melupakan tragedi
pembunuhan yang telah
terjadi, bahkan mereka
seringkali merasa bahwa
sosok suami dan ayah
tersebut masih ada dan
hidup. Hal ini sangat berat
untuk dilalui, bahkan setelah
satu tahun setelah kejadian
tersebut.
Akibat kecewa kepada
Tuhan, Darwis merasakan
keputusasaan yang dalam,
bahkan dia melarikan diri
pada hal-hal negatif seperti
rokok. Ibu Juliati pun
merasakan beratnya hidup,
berbagai ketakutan dan
kekuatiran menghantuinya.
Bertahun-tahun Darwis dan
Lukas menyimpan kepahitan
kepada pembunuh ayahnya.
Hingga suatu hari, Darwis
dan Lukas mengikuti
persekutuan pemuda waktu
dan tempat yang berbeda,
mereka diperhadapkan
sebuah tantangan besar.
Lukas bertutur tentang
peristiwa yang dialaminya,
"Kotbahnya bilang, lebih baik
mengampuni. Karena
kepahitan akar dari segala
kejahatan. Karena kalau
ngga mau ngampuni, saya
yang kena dampaknya yang
buruk. Saya ngga mau, saya
pengen ngampuni. Tapi kok
susah banget."
Hal yang sama diungkapkan
Darwis, waktu itu
pengkotbah memberikan
tantangan untuk mengampuni
papanya. "Tapi saya bilang
sama Tuhan, saya ngga
punya papa lagi. Saya ngga
punya papa lagi. Saya
menangis"
Teman-teman Darwis saat itu
memuji Tuhan dengan
sukacita, namun entah
mengapa Darwis merasa
sangat sedih.
Pada hari itu Tuhan
menghampirinya hari itu dan
bertanya "Darwis, kamu tahu
tidak aku siapa?"
Darwis menjawab, "Aku ngga
mau tahu Tuhan!" Kembali
pribadi penuh kasih itu
bertanya, "Darwis, kamu
tahu tidak aku siapa?"
Akhirnya Darwis
menjawab,"Ya, Tuhan, saya
tahu kamu adalah Tuhan
Yesus".
Saat itu sebuah pernyataan
yang luar biasa Darwis
terima, "Saya bukan hanya
Tuhan bagi kamu, saya
adalah papa bagi kamu."
Namun sepertinya didalam
diri mereka, mereka merasa
ada sesuatu yang menolak
untuk dapat mengampuni
pembunuh tersebut. Mereka
merasa ayah tercintanya
telah dibunuh, dan mereka
tidak a kan pernah
merasakan kebahagiaan
seperti yang diberikan
ayahnya dahulu. Namun
kasih Tuhan, membuat
mereka dapat melepaskan
pengampunan atas
pembunuh ayah mereka,
hingga akhinya kehidupan
mereka dipulihkan dan dapat
merasakan kasih dan
sukacita dari Tuhan kembali.
"Seandainya kalau saat ini
pembunuh itu lihat, saya
cuma mau bilang bahwa saya
pribadi sudah mengampuni
kamu, dan kami sekeluarga
sudah mengampuni kamu.
Saya Cuma berdoa agar
hidup kamu menjadi lebih
baik," demikian pesan Lukas,
Darwis dan ibu Juliati bagi
pembunuh ayah dan suami
tercinta.
Dan akhirnya seluruh isi
keluarga ini dapat
mengampuni pembunuh
tersebut. Dan menjadikan
Tuhan Yesus bukan hanya
Tuhan dan juru selamatnya
namun juga adalah Bapa
mereka untuk selama-
lamanya. (Kisah ini sudah
ditayangkan 25 Mei 2010
dalam acara Solusi Life di O
Channel).
Sumber Kesaksian :
Darwis
Blessing Family Centre Surabaya
0 komentar:
Posting Komentar