"Tante, nanti minta tolong Yosua didoakan, ya. Yosua sakit," demikian pinta seorang ibu kepadaku saat kebaktian anak-anak hampir usai. Aku pun mengamati dengan lebih teliti anak laki-laki usia sekitar tiga tahun yang bernama Yosua itu. Ya, pagi itu wajah Yosua begitu kuyu dan lesu. Dengan berjaket tebal ia hanya duduk diam di sisi ibunya.
"Sebenarnya sekarang badannya masih panas, tapi Yosua tetap maksa mau ke gereja. Katanya Yosua pengen memuji Tuhan." Aku mengangguk tersenyum pada Yosua dan memberi kata dorongan padanya bahwa Tuhan pasti senang melihat Yosua berbakti hari itu dan memperhatikan kondisinya. Kami pun berdoa bersama bagi pemulihan kesehatan Yosua, agar hari-harinya kembali bersemangat.
Yanuar, seorang muridku yang lain berusia dua tahunan beberapa minggu lalu juga tak mau bolos Sekolah Minggu hanya karena sakit. Orangtuanya juga sempat menawarinya untuk "tidak usah masuk" Sekolah Minggu, tetapi anak itu menolak. Malah, anak yang baru saja meninggalkan masa bayi itu mengajak orangtuanya berdoa meminta kesembuhan dengan menyanyi, "Kingkong badannya besar ... Haleluya ... Tuhan Mahakuasa ...!"
Aku tertarik mengamati respon anak-anak terhadap penyakit. Bagi mereka, seolah-olah sakit bukanlah halangan untuk tetap beribadah. Berbekal jaket tebal dan topi hangat pun tak jadi masalah. Mereka tak rela ada satu hari Minggu yang terlewatkan hanya karena alasan sakit. Wow, hebatnya mereka! Kalau begitu, sakit--dalam batas tertentu--juga tidak selalu bisa jadi alasan bagiku untuk membolos pelayanan, ya? Masak baru flu dikit udah mikir mau telepon koordinator kelas dan minta izin untuk tidak mengajar?
Selain itu, bila murid-muridku saja mau "bela-belain" berangkat Sekolah Minggu meski sedang sakit, berarti aku juga harus lebih mengusahakan kehadiranku setiap Minggu, dong? Yah, sekalipun ada kalanya muncul godaan yang membujukku untuk absen pelayanan .... Entah ada tamu yang datang, ada seminar, ada bisnis besar, atau yang lainnya. Bila anak-anak selalu menanti-nantikan hari Minggu untuk beribadah, tak mampukah aku memiliki hati yang juga rindu untuk segera melayani lagi?
Yesus, terkadang pandang mata imanku kabur untuk melihat bahwa Engkau tetap lebih besar dibanding berbagai alasan yang sering muncul dan menghalangi kami untuk beribadah atau melayani Engkau. Aku ingin belajar untuk lebih setia lagi kepada-Mu seperti anak-anak yang polos, yang tahu bahwa Kau teramat mencintai kami dan sungguh tak setara dengan segala alasan itu.
(Sumber kesaksian : Tina)
0 komentar:
Posting Komentar