TUHAN YESUS MEMBERKATI KITA SEMUA

Kamis, 14 Oktober 2010

Cicin, Pria Hanyalah Barang Mainanku

Sakit hatinya kepada
pria begitu mendalam,
bagi Cicin jika ia
menikahi suaminya itu
agar terhindar dari
omongan orang. Tidak
hanya itu, dua anak laki-
lakinya juga harus
menanggung perlakuan
kasar darinya. Karena
kesal Cicin tega
melemparkan anak
keduanya yang masih
bayi, untung saja
suaminya berhasil
menangkap bayi tak
berdosa itu.
"Kalau kamu ngga mau
ngurus, ngga papa. Tapi
kamu jangan melempar
anak, kalau anak mati
gimana? Itukan anak
kita," demikian Benny
Thosin, menasehati
istrinya.
Dendam Cicin kepada
laki-laki dimulai dari
kisah cintanya dengan
seorang pria yang
merupakan cinta
pertamanya. Bagi Cicin,
pria tersebut adalah
segalanya, namun
suatu hari saat ia
bekerja di toko, seorang
teman memberitahu
bahwa pacarnya
tersebut adalah playboy
kelas kakap yang sering
pacaran dengan anak
SMA, bahkan pria itu
juga kumpul kebo
dengan seorang janda.
"Sakit hati saya, karena
saya dengan tulus
mencintai dia tapi dia
mempermainkan saya,"
ungkap Cicin.
Dendam membakar hati
Cicin, apa lagi dia sudah
memiliki benih
kebencian pada sang
ayah yang sering
memukulinya dan tidak
menyekolahkannya.
"Karena saya sudah
sakit hati, saya mau
lakukan apapun juga."
Demi mendapatkan ilmu
pengasihan, Cicin rela
menjalani ritual mandi
kembang di tengah
malam. Usai melakukan
ritual itu, sesosok
mahluk menemui Cicin di
dalam mimpi.
"Waktu itu saya
melihat istana yang
semuanya berwarna
hijau. Lalu muncul
seorang wanita yang
berpakaian hijau semua.
Wanita itu memberi
syarat bahwa saya
harus berbuat jahat
kepada semua laki-laki.
Saya katakan saya
mau."
Sejak itu, banyak pria
yang mengejar-ngejar
Cicin. Ia pun menikmati
permainan barunya itu,
tetapi sayangnya
tingkahnya yang suka
merendahkan dan kasar
terhadap laki-laki ini
terbawa dalam
pernikahannya. Hingga
suatu hari, ketika
pernikahan tersebut
telah berjalan selama
lima belas tahun, hati
Cicin luluh menyaksikan
anak-anaknya yang lucu
dan suaminya yang
penyayang.
"Saya sering ngalamun
sambil berpikir: anak
saya baik, kenapa ya
saya ngga bisa
menerima mereka?
Saat itulah mulai timbul
rasa cinta dalam hati
saya."
Namun Cicin lupa bahwa
ia pernah mengikat
perjanjian dengan setan
untuk tidak mencintai
laki-laki. Akibatnya
sebuah penyakit aneh
dialaminya.
"Pagi, siang, malam,
saya tidak sadar, jerit-
jerit. Tiga bulan
kemudian saya jadi
sakit gila, karena dulu
yang saya pelihara ingin
mencabut nyawa
saya."
Benny suaminya
meminta pertolongan
seorang hamba Tuhan
untuk mendoakannya.
Ketika Cicin diminta
untuk melepaskan ilmu
pengasihannya, Cicin
ketakutan. Dalam
bayangannya jika ilmu
itu hilang, suaminya
akan membuangnya.
Tapi disuatu saat,
dalam keadaan
setengah sadar Cicin
bertemu dengan dua
sosok pribadi.
"Yang satu, di kedua
telapak tangannya
bolong dan rambutnya
mengkilat. Dia bilang,
'Saya yang empunya
dunia ini.' Dia mah baik,
cuma ketawa aja,
senyum dan rasanya
ada kasih. Yang kedua
adalah yang lima belas
tahun sudah saya ikuti.
Dulu saya ngga pernah
lihat ada tanduknya,
tapi hari itu saya ngeliat
ada tanduknya. Dia
bilang sama saya,
'Kalau kamu memilih
mengasihi, kamu
bankrut dan ngga cuma
itu, anak kamu juga
harus jadi tumbal
karena kamu sudah ada
perjanjian dengan saya.
Tapi kalau kamu milih
saya, kamu akan kaya
raya dan kamu bisa
menikahi banyak laki-
laki yang kamu suka.'"
Sekalipun dijanjikan
kekayaan, Cicin memilih
Yesus karena ia sudah
lelah berada dalam
kungkungan setan.
"Saya memanggil nama
Tuhan Yesus. 'Tuhan
Yesus, saya memilih
Tuhan Yesus. Saya
memilih suami saya,
saya tidak mau
kehilangan suami dan
anak-anak saya. Saya
tidak mau harta, saya
memilih Tuhan Yesus."
Berkat keputusannya
itu, Cicin dilepaskan dari
cengkeraman setan. Kini
ia bisa tersenyum dan
menjadi pribadi yang
riang kembali. Menyadari
semua kesalahan yang
telah ia lakukan selama
belasan tahun, Cicin
mendatangi suami dan
anak-anaknya, ia
meminta maaf kepada
mereka. Bahkan kini
pandangan Cicin
mengenai laki-laki pun
sudah berubah.
"Ternyata laki-laki itu
ada juga yang baik,"
demikian ungkap Cicin
sambil tersenyum.
(Kisah ini ditayangkan
14 Oktober 2010 dalam
acara Solusi Life di
O'Channel).
Sumber Kesaksian:
Cicin & Benny Thosin

0 komentar:

Posting Komentar