Shalom,
"Sepanjang jalan
menuju ke rumah, saya
teringat akan anak-
anak saya
yang masih kecil. Saya
bertanya di dalam hati,
'Mengapa saya
melakukan [dosa] ini?
Bagaimana kalau istri
dan anak-anak
mengetahui
saya begini?'." Begitu
pernyataan penulis
kesaksian kali ini.
Jalan masuk
pertobatan sang penulis
menuju ke kehidupan
yang baru di
dalam Kristus tersebut
mirip dengan kisah ES di
kolom kesaksian
edisi 193 yang lalu. ES
sempat menyatakan
begini,"Suatu hari saat
sedang pesta tripping
menyambut tahun baru
2002 di Bali, mendadak
saya teringat anak
saya." Secuplik
pernyataan kesaksian
yang agak
mirip, bukan?
Yang jelas ketika
sedang terjerumus
dalam dosa, tiba-tiba
saja kedua
orang ini tadi teringat
akan anak mereka. Hal
ini menunjukkan betapa
kuatnya ikatan
keluarga itu dan betapa
hal itu bisa menjadi
awal
yang baik ketika Allah
mau mengubahkan
hidup seorang. Selamat
menikmati edisi kali ini!
Tuhan memberkati!
Redaksi tamu KISAH,
Wilfrid Johansen
http://kekal.sabda.org
http://fb.sabda.org/
kisah
______________________________________________________________________
KESAKSIAN
SELAMAT
TINGGAL MASA SURAM
Pada awalnya, saya
mengira jika seseorang
telah menjadi pengikut
Kristus, perjalanan
hidupnya akan berjalan
dengan baik dan lancar.
Saya berdoa dan
berharap kepada Tuhan
agar setelah tamat dari
SMA
saya dapat
melanjutkan pendidikan
ke perguruan tinggi.
Tetapi karena
tidak ada biaya, saya
mengubur dalam-dalam
keinginan tersebut.
Saya
sangat kecewa dan
mulai undur diri dari
Tuhan. Walaupun tinggal
di
Bali, saya tetap harus
mengurus perusahaan
saya di Bandung,
sehingga
saya setiap bulan harus
bolak-balik antara dua
kota itu. Dalam
sebulan, 2 minggu saya
tinggal di Bandung, 2
minggu bersama
keluarga
di Bali, hal seperti itu
saya lakukan selama
setahun lebih.
Saat berada di
Bandung, jauh dari istri
dan anak-anak, hidup
saya
bagaikan seorang
bujangan. Saya bebas
melakukan apa saja.
Kehidupan
malam mulai saya jalani
sesuka hati, minum
minuman keras hingga
pagi
di ruang karaoke atau
diskotek, saya lakukan
hampir setiap malam.
Bulan September 1999,
tiba-tiba saya merasa
sangat gelisah. Sebelum
puas menikmati malam
itu di dalam sebuah
diskotik, saya pulang
dengan berjalan kaki.
Sepanjang jalan menuju
ke rumah, saya teringat
anak-anak saya yang
masih kecil. Saya
bertanya di dalam hati,
"Mengapa saya
melakukan hal ini?",
"Bagaimana kalau istri
dan
anak-anak mengetahui
saya begini?",
"Bagaimana kalau saya
mati
karena over dosis saat
sedang berkeliaran di
klub malam?". Mulai
malam itu saya
berusaha meninggalkan
kebiasaan itu dengan
kekuatan
sendiri. Namun
keinginan untuk
mengulangi kebiasaan-
kebiasaan itu
justru menjadi semakin
kuat.
Tanggal 30 Januari
2000, ketika itu saya
berada di Bali, istri saya
mengajak pergi ke
gereja. Saya tidak berani
menolaknya, karena
saya
pikir tidak ada salahnya
jika sekali-kali
mengantarkan dia pergi
ke
gereja dan sekaligus
untuk menyenangkan
hatinya karena
kesempatan
kami bertemu hanya 2
minggu dalam sebulan.
Ternyata, keadaan
menjadi
berbeda sekali dari
yang saya harapkan! Di
dalam ruangan ibadah,
tubuh saya seakan
luluh, ada sesuatu yang
sangat lembut
menyentuh
hati saya. Ketika
pembicara dari luar
negeri itu menyuruh
semua
orang yang ada di
ruangan untuk menutup
mata berdoa sambil
berpegangan tangan
satu dengan yang lain,
maka kami saling
berpegangan tangan
dan berdoa. Kemudian
saya mendengar suara
seperti
angin puyuh dan tiba-
tiba saya melihat
gambaran peristiwa-
peristiwa
jahat yang telah saya
perbuat satu per satu
muncul di depan saya.
Saat itu saya
menyadari bahwa dosa
saya terhadap istri dan
anak-anak
saya sangatlah banyak.
Saya tidak mampu
menahan diri terlalu
lama,
di tengah keramaian
itu, saya berteriak
sambil menangis.
Saya meminta ampun
kepada Tuhan dan
mengakui seluruh dosa-
dosa saya.
Saya bertobat! Sejak
kejadian yang tidak
terlupakan itu, saya
ingin
terus tertawa dan
memuji Tuhan dalam
segala hal. Saya mulai
gemar
berdoa dan membaca
Alkitab, buku-buku, dan
kaset rohani. Saya ingin
bersahabat dan
berteman dengan
semua orang. Mulut
saya tak tahan
untuk tidak
mempersaksikan
perbuatan Tuhan yang
telah mengubah hidup
saya. Hingga suatu
ketika di dalam sebuah
perjalanan, saya
menceritakan
kesaksian hidup saya
kepada orang asing,
yang ternyata
adalah seorang hamba
Tuhan! Saat itu
walaupun saya menjadi
sangat
malu, namun hamba
Tuhan itu mengatakan
bahwa ia senang
mendengarkan
kesaksian saya. Hamba
Tuhan itu pun banyak
menguatkan saya
sepanjang
perjalanan itu.
Bulan Juni tahun 2000,
kami memutuskan
untuk pindah ke
Bandung, dan
Tuhan
mempertemukan saya
dengan seorang teman
lama -- teman bermain
bulu tangkis saya yang
dulu. Dia mengajak saya
pergi ke suatu
pertemuan di Bandung.
Saya merasa senang
sekali bisa bertemu dan
berbicara tentang hal-
hal yang rohani. Di sana
kami saling mendukung
dan saling menguatkan,
saya juga bisa
mendengar
pengalaman-
pengalaman teman-
teman yang lain dan
juga mendengar
pengajaran yang sehat,
sehingga saya semakin
bertumbuh di dalam
Tuhan. Satu hal yang
saya dapatkan ketika
bersama-sama dengan
Tuhan
adalah pemulihan dalam
keluarga saya. Sekalipun
saya melakukan yang
jahat di mata istri
saya, namun Tuhan
membuat hati istri saya
melupakan masa lalu
yang suram. Sekarang,
waktu saya tidak lagi
dihabiskan untuk
mencari uang, tetapi
saya memberikan
waktu untuk
mengantar anak ke
sekolah dan
mencurahkan perhatian
untuk keluarga.
Saya tidak ingin waktu
saya berlalu tanpa
kehadiran istri dan
anak-anak. Semakin
banyak memberikan
waktu untuk pekerjaan
Tuhan,
justru hati saya
semakin bersukacita.
Diambil dan disunting
seperlunya dari:
Judul majalah: SUARA,
Edisi 77, Tahun 2005
Penulis: Eddy
Suhardiman
Penerbit:
Communication
Department Full Gospel
Business Men's
Fellowship
International -
Indonesia
Halaman: 24 -- 26
______________________________________________________________________
Sebab itu siapkanlah
akal budimu,
waspadalah dan
letakkanlah
pengharapanmu
seluruhnya atas kasih
karunia yang
dianugerahkan
kepadamu pada waktu
penyataan Yesus
Kristus. (1 Petrus 1:13)
< http://
alkitab.sabda.org/?
1Petrus+1:13 >
______________________________________________________________________
POKOK DOA
1. Bersyukur untuk
anugerah pemulihan
yang telah diperoleh
orang-orang dalam
kehidupan keluarga
mereka.
2. Berdoa kiranya anak-
anak Tuhan yang saat
ini sedang undur dari
Tuhan dapat segera
kembali pada Tuhan dan
membuka hatinya
untuk
Tuhan.
3. Berdoa untuk setiap
orang agar selalu
mengandalkan Tuhan
dalam
masa-masa
kesulitan.
0 komentar:
Posting Komentar