TUHAN YESUS MEMBERKATI KITA SEMUA

Rabu, 02 Juni 2010

Lebih jauh tentang pengampunan

"Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu" - Matius 6:14-15

Orang-orang percaya seharusnya adalah para pengampun, karena mereka telah menerima pengampunan langsung dari Allah sendiri (lihat Efesus 1:7). Kita tidak bisa mengaku telah mengenal pengampunan Allah - yang menjaga hubungan kita dengan-Nya menurut kekayaan kasih karunia-Nya - tanpa membuktikan bahwa kita mampu mengampuni orang lain baik dalam perkataan dan setulus hati kita.

Paulus memikirkan tentang hal itu ketika ia menulis, "Tetapi justru karena itu aku dikasihani, agar dalam diriku ini, sebagai orang yang paling berdosa, Yesus Kristus menunjukkan seluruh kesabaran-Nya" (1 Timotius 1:16). Seorang yang sudah diampuni dosanya oleh Allah sepantasnya secara konsisten menunjukkan sikap mengampuni. Keengganan untuk mengampuni hanya akan mendatangkan kemurkaan Allah, karena tidak menghargai kemurahan-Nya.

Di ayat 15 Yesus menggunakan kalimat negatif "Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu". Maka menjauhlah berkat dan datanglah penghukuman, bagi hati yang tidak mengampuni dan berakar pahit (Ibrani 12:15).

Kita harus meneladani dan menunjukkan semangat pengampunan Yusuf (Kejadian 50:19-21) dan Stefanus (Kisah Para Rasul 7:60), seberapapun diperlukan tanpa batas (Lukas 17:3-4). Menerima pengampunan yang sempurna dari Allah yang kudus tapi kemudian menolak untuk mengampuni orang lain, itulah penghinaan terhadap anugerah dan kemurahan Allah. "Sebab penghakiman yang tak berbelas kasihan akan berlaku atas orang yang tidak berbelas kasihan. Tetapi belas kasihan akan menang atas penghakiman" (Yakobus 2:13). Yakinkan diri kita untuk selalu mengampuni dalam hal apapun.

Seberapa besar kerusakan hubungan kita dengan Allah akibat dari sikap kita menahan pengampunan kepada mereka yang telah bersalah kepada kita baik dalam perkataan maupun tindakan? Mungkinkah kita - saat dalam keadaan terikat oleh kepahitan yang membelenggu keterbukaan dan kemerdekaan kita - datang dengan keberanian ke hadapan hadirat-Nya?

Grace to you,

Blessing Family Centre Surabaya

0 komentar:

Posting Komentar