TUHAN YESUS MEMBERKATI KITA SEMUA

Kamis, 03 Juni 2010

Baru Rasakan Pelukan Ibu di Usia 44 Tahun (I)

Dia
tumbuh dalam amarah dan
pemberontakan, amarah,
judi, dan segala kesemuan
dunia ini. Bahkan sejak
masih SMP, Sugito Candra
sudah mengecap pengalaman
berhubungan intim.
"Apa yang orang dewasa
lakukan, saya ikut. Saya
pengen tahu rasanya seperti
apa. Saya umur 8 tahun,
sudah kenal judi." Begitu
ungkap Candra menceritakan
masa kecilnya.
Yang lebih parah lagi, saat
pelajaran di sekolah, Candra
berani membaca buku porno
di kelas. Sang guru datang
menghampiri dia. Ketika
hendak dipukul, Candra
berani menangkis dan
mengatakan, "Pak, kita laki-
laki keluar…" Bukannya
mengaku bersalah, Candra
malah mengajak guru itu
berantem.
Kenakalan Candra sudah
tidak dapat dibendung lagi.
Selain judi dan alkohol, dia
suka membuat keonaran.
"Saya iri dengan mereka
yang keluarganya bahagia,
mereka yang punya
orangtua yang baik, mereka
yang disayangi oleh
orangtuanya. Pasti mereka
saya pukul dan ajak
berantem. Pokoknya saya
tidak mau kalah sama semua
orang. Saya balas mereka
dua kali lipat lebih kasar.
Melalui kekerasan, ada
kepuasan dalam diri saya
waktu itu."
Pada umur 12 tahun, suatu
hari Candra dipanggil oleh
tante girang ketika dia baru
mau pergi sekolah. Di
sanalah dia mengalami
pengalaman erotis
pertamanya. Dengan alasan
sakit dan minta dikerokin, si
tante girang tersebut pun
membuka bajunya. Tanpa
rasa takut, Candra
melepaskan keperjakaannya.
Candra yang butuh kasih
sayang, merasa senang atas
perlakuan tante tersebut
karena perhatian yang
diberikan. Dalam
keluguannya, dia dijadikan
budak oleh sang tante
girang. Boleh dikatakan,
setiap pulang sekolah
mereka melakukan hal
tersebut.
Bertahun-tahun terbuai oleh
wanita yang lebih dewasa,
Candra pun makin merajalela.
Ditambah dengan sifat ingin
tahunya yang terlalu besar,
setiap perkataan tante
dicobanya apakah benar. Dan itulah sebabnya semakin
hari Candra semakin
menggila.
"Berjudi, obat-obatan,
minum, main perempuan, apa
yang dilarang oleh Tuhan,
itulah yang saya lakukan
sesering mungkin. Saya
merasa frustasi dengan
kehidupan saya." Candra
kemudian mengungkapkan
alasan kenapa dia bisa
sampai seperti itu.
"Saya seperti anak yang
terbuang. Sejak kecil, bukan
kasih sayang yang saya
rasakan tapi pukulan. Salah
sedikit, saya dipukul dengan
sapu lidi sampai sapu lidi itu
berantakan. Setelah selesai
dipukul, saya harus
mengumpulkan lagi sapu lidi
tersebut, sapu lidi yang
dipakai untuk memukul
saya." Pukulan ini sering
diterima Candra dari
pamannya.
Candra tidak pernah
mengenal siapa orangtua
kandungnya. Dia seperti
anak terbuang. Dia tidak
pernah merasakan dekapan
orangtua. Dia tidak pernah
merasakannya sampai dia
besar sekalipun. Karena itu,
dia membenci ibunya,
perempuan, yang telah
melahirkannya.
Candra ingin pergi dari
rumah, dia pun berkompromi
dengan pacarnya. Mereka
memutuskan untuk
melakukan sesuatu, dengan
cara yang bodoh. Candra
berniat menghamili pacarnya
tersebut sehingga dia bisa
menikah dan keluar dari
tempat neneknya.
Akibat kepahitan yang
dirasakan Candra terhadap
wanita, Candra
memperlakukan istrinya
dengan kasar. Istrinya yang
tidak tahan, akhirnya lari
dari rumah. Tidak lama
kemudian, istrinya pulang ke
rumah, namun Candra sudah
mempunyai rencana jahat
dalam pikirannya.
Apa yang dilakukan Candra?
Dia membawa selingkuhannya
ke rumah. Dia ingin membalas
istrinya yang sudah lari dan
tidak mau diceraikan
tersebut. "Kalau kalian
berdua tidak bisa akur, saya
ceraikan dua-duanya…"
malah tanggapan seperti
itulah yang diberikan Candra
kepada istrinya.
Suatu hari, secara tidak
sengaja, Candra pernah
membaca buku harian yang
dibuat oleh istri pertamanya
tersebut. Dia tahu betapa
istrinya sangat menderita
karena dia lebih sering
bersama wanita yang
satunya. Namun hal ini, tidak
membuat Candra menyesal.
Dia malah terlibat dengan
perselingkuhan dengan dua
wanita lainnya dan dijadikan
sebagai istri muda.
Namun, ada suatu kejadian
dimana dia diguncang. Anak
pertamanya jatuh sakit dan
terancam tidak selamat. Yang
membuat Candra terharu
adalah ketika anak tersebut
mengatakan, "Papa, nggak
usah papa nangis, nggak
usah papa takut. Karena
Tuhan bersama saya. Pa,
tolong ambilkan Alkitab…" Alkitab tersebut kemudian
dibaca oleh sang anak dan di
situlah Candra menjadi
sadar. Di situlah dia
menangis dan mulai minta
ampun kepada Tuhan. "Saya
berdoa, Tuhan tolong saya.
Berikan kesembuhan kepada
anak saya Tuhan. Kalau
Tuhan memberikan anak
saya kesembuhan, saya
akan bertobat. Apa yang
Tuhan inginkan dari saya,
saya akan sepenuhnya
berikan untuk Tuhan. Jangan
buat anak saya yang
menanggung dosa saya
Tuhan."
Lima hari kemudian, anak
Candra dinyatakan sembuh.
Namun saat kebahagiaan
tersebut, Candra mengalami
stroke. Dia tidak bisa lagi
berdiri dan jalan. Dia ingin
mati saja. Tidak hanya itu.
Keempat istrinya pun
meninggalkan dia karena
laki-laki lain.


Blessing Family Centre Surabaya

0 komentar:

Posting Komentar